Farianna juga menekankan pengusaha juga memerlukan kepastian ketersediaan bahan baku yang berkelanjutan.
“Kapasitas industri cukup besar dan masih bisa dioptimalkan, jadi perlu diimbangi dengan ketersediaan bahan baku dengan penanaman HTI. Supaya kapasitas industri dengan kemampuan pasokan bahan baku seimbang, untuk keberlanjutan industry wood pellet dan wood chip," tekan dia.
Sementara , dalam peninjauan ke pabrik wood pellet hibah di Banjar, Tim diterima oleh Asisten Ekonomi Irwansyah didampingi Kepala Dinas Pertanahan, Kepala Dinas Kehutanan, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan KPH Kayu Tangi.
Tim Kemenko Marves melalui diskusi dengan pemerintah Kabupaten Banjar, tim Kemenkomarves telah mengidentifikasi beberapa kendala. Diantaranya dari bahan baku yang belum tersedia, hingga indikasi perlunya investasi tambahan untuk revitalisasi pabrik dan efisiensi produksi.
Baca Juga: PLN Luncurkan Sertifikat Energi Terbarukan untuk Penuhi Permintaan Pelanggan akan Energi Terbarukan
Pabrik wood pellet ini resmi dihibahkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan kepada Pemerintah Kabupaten Banjar pada bulan April 2019 lalu, namun, belum dapat beroperasi.
Dengan kondisi sekarang, pabrik yang berkapasitas produksi 5000 Ton/tahun masih belum efisien.
“Saat ini pabrik berstatus Barang Milik Daerah (BMD) Pemkab Banjar, tapi kami masih kesulitan untuk operasionalnya, perlu ada revitalisasi agar pabrik ini bisa operasional,” jelas Irwansyah.
Tim Kemenkomarves menyampaikan bahwa masih diperlukan pembahasan tindak lanjut untuk membahas opsi-opsi alternative agar pabrik hibah ini tidak hanya dapat mulai operasional, tapi juga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar dan tidak menjadi proyek yang sia-sia.
Baca Juga: Co-firing, Strategi PLN Tingkatkan Kapasitas Pembangkit EBT, Termasuk di Kalsel