Dengan demikian, persaingan tidak lagi hanya terjadi antara perusahaan lokal, namun juga dengan perusahaan-perusahaan multinasional.
"Sinergi dengan para pihak, termasuk dengan pesaing menjadi salah satu strategi kerjasama yang memungkinkan untuk dikembangkan, dengan memanfaatkan keunggulan masing-masing yang kemudian dikenal dengan istilah co-opetition, sebagai singkatan dari cooperation (kerjasama) dan competition (persaingan)," ucap Aurik.
Menurutnya lagi, tantangan organisasi selanjutnya adalah revolusi generasi dengan masuknya Generasi Z atau Milenial.
Generasi ini dibesarkan dalam lingkungan yang terbiasa dengan digitalisasi.
Baca Juga: Gubernur Kian Optimis Sumsel Segera Keluar dari Pandemi
Sementara, organisasi masih didominasi oleh generasi Y dan Z yang memiliki karakter berbeda dengan generasi Z.
"Kondisi ini memunculkan iklim yang tidak sehat bagi pertumbuhan organisasi. Generasi Z cenderung mengharapkan lingkungan kerja yang dinamis dan fleksibel dibandingkan dengan generasi sebelumnya (X dan Y)," jelas Aurik.
Aspek manusia menjadi ujung tombak menciptakan organisasi yang lincah.
Selanjutnya, pada tahap awal, organisasi harus memahami arsitektur organisasi yang mampu menjawab tantangan tersebut. Organisasi yang fokus terhadap marlet menjadi tumpuan untuk bertumbuh (growth strategy).
Baca Juga: Tekan Kasus Covid-19, UPA Hadirkan Swab PCR Drive Thru