Banjarmasin, Sonora.ID - Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di tengah pendemi Covid-19 resmi dimulai, Senin (22/03). Meski berjalan lancar, penerapan Protokol Kesehatan (Prokes) oleh siswa nampaknya masih perlu diingatkan lagi.
Sebagaimana hasil pantauan Smart FM Banjarmasin ke sejumlah SMP di Kota Banjarmasin, masih ada saja terlihat lemahnya penerapan prokes di sekolah
Tentunya persoalan ini masih menjadi PR besar. Bukan tanpa alasan, prokes yang longgar bisa saja membuat sekolah menjadi sumber penularan virus. Bahkan bisa saja menjadi sebuah klaster baru.
Baca Juga: Jelang PTM di Banjarmasin: Guru Divaksin, Siswa Dilarang Saling Pinjam Alat Belajar
Contohnya, ketika lepas dari pengawasan guru, ada saja siswa yang bergerombol alias tidak menjaga jarak, hingga memasang masker tidak pada tempatnya.
Kondisi ini diakui Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, di SMPN 1 Banjarmasin, Rahmani. Ia bahkan perlu berulang-ulang kali mengingatkan siswanya, agar selalu patuh pada prokes.
"Beberapa siswa kami juga masih suka meletakkan masker ke dagu. Ketika diperingatkan, baru dipasang dengan benar," ucapnya, ketika ditemui Reporter, Senin (22/3) pagi.
Baca Juga: Guru Belum Divaksin, PTM Jelang Ujian Sekolah di Banjarmasin Ditunda
Diketahui, di SMPN 1 Banjarmasin ada sebanyak 251 siswa kela IX yang mengikuti PTM. Untuk menampung semua siswa dengan batasan kapasitas kelas maksimal diisi 18 siswa, maka pihak sekolah membuka sekitar 16 ruang belajar.
"Kita juga memakai ruang kelas VII dan VIII. Masing-masing, diisi ada yang 16 siswa sampai 17 siswa," tambahnya lagi.
Ia juga menegaskan, bahwa fasilitas sekolah seperti kantin tak diizinkan untuk buka, karena khawatir menimbulkan kerumunan. Alhasil, siswa pun sudah diimbau untuk membawa bekal sendiri dari rumah.
Baca Juga: SMP Kristen Kanaan Banjarmasin Pertahankan Aplikasi KISS untuk Belajar Daring
"Pada jam istirahat siswa hanya diperbolehkan berada di dalam ruang kelas. Yang boleh keluar, hanya ketika ingin ke toilet atau keperluan penting lainnya" tambahnya.
Bagi siswa yang sakit, Rahmi kembali menegaskan tidak direkomendasikan untuk turun ke sekolah, walaupun hanya sekedar flu. Kebijakan itu tegasnya lagi tidak hanya berlaku untuk siswa, namun juga bagi para tenaga pengajar.
Di sisi lain, meski para siswa tampak antusias turun ke sekolah, bukan berarti tak ada kekhawatiran dari orang tua siswa.
Baca Juga: Banjir Berangsur Surut, PTM di Banjarmasin Kembali Mengemuka
"Tapi, kami tetap memberikan kelonggaran. Pilihan kami serahkan kepada orang tua masing-masing. Tidak ada paksaan bagi siswa harus turun ke sekolah," ucapnya.
Sementara itu, Salah seorang siswa SMPN 1 Banjarmasin, Annisa Aulia Rizki ketika diminta tanggapan, mengaku senang bisa kembali belajar di sekolah. Kendati Ia mengakui ada kekhawatiran tertular virus corona.
Sebagai antisipasi, Ia mengaku tetap menerapkan prokes ketat. Seperti misalnya membawa bekal sendiri, membawa hand sanitizer, rajin mencuci tangan dan tentunya selalu mengenakan masker.
Baca Juga: Tak Lagi Tergantung PPKM Selesai, PTM di Banjarmasin Menunggu Banjir Surut
"Tapi yakin saja tidak kenapa-kenapa. Guru-guru kan sudah divaksin, tinggal kita saja yang harus berhati-hati menjaga diri," ucapnya.
Dari SMPN 1, Reporter bergeser ke sekolah lainnya yang lebih jauh berada di daerah pinggiran kota, yakni SMPN 28 Banjarmasin. Di sekolah ini ada 43 siswa kelas IX yang mengikuti PTM. Itu artinya dalam hal pengawasan penerapan prokes, mestinya sedikit lebih mudah.
Namun ternyata, berdasarkan penuturan Kepala SMPN 28, Syaipullah, masih ada siswa yang tidak membawa masker ke sekolah. Padahal pihaknya sudah mengirimkan edaran terkait PTM di tengah pandemi ke masing-masing siswa dan orang tua.
Baca Juga: BREAKING NEWS: Kewenangan Kepala Daerah Dicabut, Belajar Tatap Muka di Banjarmasin Ditunda
"Rata-rata anak-anak beralasan lupa membawa masker," ujarnya.
Kendati demikian, guna memperlancar proses PTM di sekolah itu, Syaipullah mengaku pun mengantisipasinya dengan menyediakan masker, untuk diberikan kepada siswa yang kedapatan tidak membawa masker.
Ia membeberkan, pada hari PTM ada 10 siswa yang tidak bisa turun ke sekolah, lantaran tidak diizinkan orang tua. Namun sudah diantisipasi dengan pembelajaran secara dalam jaringan (daring).
Baca Juga: Jelang PTM di Banjarmasin: Guru Divaksin, Siswa Dilarang Saling Pinjam Alat Belajar
"Kami tidak bisa memaksa siswa harus turun ke sekolah. Karena itu sudah menjadi ketentuan, kalau memang tidak diizinkan orang tuanya ya tidak apa-apa," tutupnya.
Menanggapi kondisi diatas, Kepala Bidang Pembinaan SMP di Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Banjarmasin, Sahnan berharap, agar para guru harus secara ekstra mengawasi para murid. Bahkan menurutnya, harus ada intervensi melalui edukasi setiap hari, setiap saat.
"Baik ketika siswa mulai turun dari rumah ke sekolah, atau sebaliknya. Harus ada pengawasan dari orang tua yang bekerja sama dengan para guru," tegasnya.
Baca Juga: Pj Gubernur Kalsel Minta Jembatan Sungai Salim Rampung April 2021
Sahnan juga mengimbau kepada siswa, ketika pulang sekolah agar tidak mampir ke mana-mana. Alias langsung pulang ke rumah masing-masing.
"Jaga kondisi dan kesehatan," tuntasnya.
Baca Juga: Kali Pertama Rapid Antigen Massal di THM, Ini Perasaan Lady Escort