6 Oktober
Sedangkan tanggal 6 Oktober adalah tanggal peristiwa serah terima Nipon Eiga Sha dari pemerintah Jepang kepada Pemerintah RI.
Perwakilan dari Indonesia adalah RM Soetarto, Ketua Berita Film Indonesia (BFI).
Studio Nipon Eiga Sha pada awalnya adalah ANIF, lalu berubah menjadi Multi Film. Kemudian saat pemerintah RI pindah ke Yogyakarta, studio BFI jatuh ke tangan Belanda lagi dan kembali menjadi Multi Film.
Kemudian saat Indonesia berdaulat penuh, MUlti Film kembali ke pihak Indonesia dan dinamai Pusat Pilem Negara (PPN). Setelah itu berubah nama lagi menjadi Pusat Film Negara (PFN), lalu Pusat Produksi Film Negara (PPFN).
Baca Juga: Sejarah Panjang Sepanjang Sungai Bengawan Solo
Mengutip Harian Kompas, 5 April 1981, tanggal 30 Maret ditetapkan sebagai Hari Film Nasional dalam Konferensi kerja Dewan Film Indonesia bersama Organisasi Perfilman pada 11 Oktober 1962 di Jakarta. Berikut bunyi ketetapannya: "Menetapkan hari shooting pertama dalam pembuatan film nasional yang pertama DARAH DAN DOA (The Long March) sebagai Hari Film Nasional".
The Long March atau Darah dan Doa adalah film berwarna hitam putih produksi 1950 oleh Usmar Ismail selaku sutradara sekaligus sebagai produser (Perfini).
Film ini mengisahkan perjalanan panjang (long march) prajurit Republik Indonesia yang diperintahkan kembali ke pangkalan semula dari Yogyakarta ke Jawa Barat.
Sejak saat itu, 30 Maret dianggap sebagai Hari Film Nasional. Usmar Ismail (Perfini) dan Djamaludin Malik (Persari) diangkat sebagai Bapak Perfilman Nasional.
Adapun tujuan penetapan 30 Maret adalah sebagai Hari Film Nasional sebagai upaya meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi para insan film Indonesia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hari Film Nasional 30 Maret: Sejarah, Tema 2021, dan Ucapan Warganet"