Palembang, Sonora.ID – Dengan menggunakan simulasi, bisa mengetahui sebuah bangunan sebelum dibangun dapat diketahui apakah bangunan tersebut nyaman atau tidak, factor suhu, angin yang berinteraksi dalam bangunan tersebut.
“Bila lebih baik, aktifitas akan lebih baik. Angin tidak lewat, tidak kena tubuh, sehingga tidak nyaman,” ujar Abdul Rachmad Zahrial Amin, S.T, M.T Dosen Arsitektur Unika Musi Charitas dalam acara IT Corner dengan Tema: Computational Fluid Dynamic (CFD) Sebagai Digital Arsitektur (06/04/2021).
Ia mengatakan bahwa program CFD (Computational Fluid Dynamic) bisa digunakan untuk mensimulasikan sebuah bangunan, apakah nyaman atau tidak nantinya setelah dibangun dengan memasukkan parameter – parameter seperti suhu, angin dan gravitasi.
Baca Juga: Sumsel Berlakukan PPKM, Begini Tanggapan Gubernur Herman Deru
“CFD (Computational Fluid Dynamic) adalah sebuah program yang difungsikan sebagai simulasi, misalnya simulasi angin, panas, turbulence, kimia dan lain lain. Dengan memasukkan beberapa parameter dan dijalankan simulasinya akan kelihatan hasilnya,” ujarnya.
Ia menambahkan kenyamanan sebuah bangunan dilihat dari grafik yang dihasilkan melalui simulasi CFD.
“Setelah di jalankan, ada grafik tertentu yang bisa dibaca dan diartikan nyaman atau tidak. Bila tidak nyaman kita masukan parameter lagi agar lebih nyaman. Berbicara tentang ruangan akan lebih baik dibuat simulasi simulasi seperti ini,” ucapnya.
Model simulasi menggunakan program CAD (computer aided design) 3D dengan syarat tertentu agar bisa dibaca oleh CFD.
“Kelebihan garis sedikit pun tidak boleh, bila lebih akan terbaca eror. Sudut kemiringan tertentu juga tidak bisa dibaca. Inilah kesulitan CFD, tidak menjelaskan titik eror dimana, tergantung kejelian memperbaiki eror,” ungkapnya.
CFD (Computational Fluid Dynamic) bisa dimanfaatkan untuk bidang bidang lain seperti formula 1, untuk mengetahui kondisi mobil balap ketika dikendarai dengan kecpatan tertentu. Digunakan untik teknik sipil mengetahui tekanan bangunan dan juga dibidang kimia.
“Di kampus mahasiswa tidak hanya omdo, tapi berbasis data dan bisa dipertanggungjawabkan hasil karya design bangunannya,” ujarnya.