Sonora.ID - Setiap orang pasti pernah merasa dirugikan, dikecewakan, bahkan disakiti dalam hidupnya. Entah itu dengan kekasih, keluarga, atau teman.
Saat hal itu terjadi, biasanya kita akan memaafkan perbuatan orang tersebut dan berharap mereka tidak akan mengulangi perbuatannya lagi.
Banyak pemahaman yang menyatakan bahwa memaafkan harus dibarengi dengan melupakan.
Baca Juga: Mau Ubah Bonus Menjadi Passive Income? Begini Caranya Melakukannya
Namun, hal ini dibantah oleh Motivator Nasional Leadership & Happiness, Arvan Pradiansyah.
“Memang kitab suci hanya mengajarkan kepada kita untuk memaafkan bukan melupakan. Jadi memaafkan dan melupakan itu bukan satu paket, kebanyakan kita itu menyangka bahwa yang namanya memaafkan itu berarti harus melupakan,” ujar Arvan dalam YouTube SMART FM Jakarta.
Arvan menjelaskan bahwa ada tiga tipe orang berdasarkan caranya memaafkan.
Tipe yang pertama adalah tipe orang yang tidak memaafkan, dan tidak melupakan. Orang ini adalah orang yang tidak bahagia.
Baca Juga: Jodoh Belum Juga Datang? Perhatikan 4 Kunci Fengshui Jodoh Ini
Tipe yang kedua adalah yang memaafkan dan juga melupakan. “Itu orang yang naïf. Memaafkannya betul, tapi orang yang melupakan itu berarti dia akan punya kecenderungan untuk mengalami hal yang sama di kesempatan selanjutnya,” ujar Arvan.
Jadi langkah yang paling tepat adalah dengan memaafkan orang, namun tidak melupakannya, karena seseorang perlu mengambil pelajaran dari peristiwa yang menyakitkan.
Baca Juga: Kesulitan Mengolah Keuangan? Perhatikan Dua Hal ini Menurut Fengshui
Cara agar dapat memaafkan tanpa melupakan, adalah dengan memisahkan antara peristiwa yang menyakitkan dengan perasaan tersakiti itu sendiri.
Memaafkan berarti mengobati perasaan yang tersakiti, tanpa harus melupakan peristiwa yang terjadi.
“Yang namanya memaafkan adalah menyembuhkan perasaannya, menyembuhkan lukanya. Tapi peristiwanya harus tetap ingat,” tambah Arvan.
Baca Juga: Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik, Mana yang Lebih Penting untuk Penunjang Karier?
Tidak melupakan bukan berarti tidak memaafkan dengan tulus, tetapi justru menjadi pelajaran agar tidak dirugikan kedua kalinya.