Banjarmasin, Sonora.ID – Sebanyak 10 ton tanaman Porang asal Kabupaten Balangan, diekspor ke Jepang melalui pelabuhan Tri Sakti Banjarmasin, pada Senin (12/04). Pengiriman perdana itu merupakan bagian dari permintaan sebanyak 100 ton yang harus dipenuhi dalam waktu 5 bulan.
Tujuan komoditas asal sub sektor tanaman pangan itu adalah Pelabuhan Ishigaki Jepang.
Sekdaprov Kalsel, Roy Rizali Anwar, yang hadir dan melepas ekspor perdana mewakili Pj. Gubernur Kalsel ini menyebutkan, bahwa pelepasan ekspor perdana produk pertanian berupa porang chips ini membuktikan dukungan yang kuat terhadap petani dan pelaku usaha pertanian di Kalsel khususnya di Kabupaten Balangan.
”Kabupaten Balangan, menjadi kabupaten pertama di Kalsel yang mengekspor porang ke Negara Jepang. Hal ini menjadikan nilai tinggi bagi kita untuk membudidayakan tanaman porang. Mudah-mudahan ke depan tanaman porang ini bisa ditanam merata diseluruh Kabupaten di Kalimantan Selatan,” harapnya.
Baca Juga: Berusia Tua, Pohon Besar di Banjarmasin Pun Tumbang Saat Hujan dan Angin Kencang
Roy berterimakasih kepada Pemerintah Kabupaten Balangan, seluruh petani porang di Balangan dan Asosiasi Asuhan Pemberdayaan Porang (ASPEPORIN) di Kalimantan Selatan, karena telah berhasil membudidayakan tanaman porang, hingga mampu menembus pasar ekspor ke negara Jepang.
“Dengan ekspor porang tersebut, kita turut serta mendukung program Gerakan Tiga Kali Ekspor (GRATIEKS) dari Kementerian Pertanian Republik Indonesia, sekaligus menandai babak baru lahirnya komuditas unggulan dari Provinsi Kalimantan Selatan, khususnya di Kabupaten Balangan.” Jelasnya.
Beliau mengatakan potensi pengembangan porang ini cukup besar, serta tingginya nilai ekonomi komoditas porang ini menjadi peluang emas bagi kalsel untuk menjadikan porang sebagai pangan unggulan, negara tujuan ekspor porang sendiri cukup luas mulai dari Jepang, Cina, Korea, Taiwan, Thailand, Vietnam, Australia, bahkan merambah Amerika dan Eropa.
Beliau berpesan kepada kepala daerah di Kalsel untuk dapat mengembangkan budidaya porang secara terencana, mulai dari penanaman, masa panen, hingga membangun bisnisnya.
“Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Kalimantan Selatan telah mengusulkan anggaran ke Kementerian Pertanian untuk anggaran fasilitas sarana produksi pengembangan porang dalam APBN tahun anggaran 2022 sebesar 3 Miliar rupiah untuk pengembangan porang seluas 90 Hektare,” terang Roy
Perwakilan Badan Karantina Pertanian RI, Imam Djajadi, mengutarakan selain sebagai kabar yang menggembirakan, ia berharap pencapaian ini menjadi satu pendorong kuat bagi upaya pemulihan ekonomi baik untuk masyarakat Kalsel, khususnya petani porang Kabupaten Balangan maupun secara nasional.
"Ini adalah bentuk komitmen seluruh pemangku kepentingan pembangunan pertanian di Kalimantan Selatan untuk mensukseskan peningkatkan ekspor pertanian," kata Imam.
Masih menurut Imam, salah satu penyumbang terbesar ekspor dari Kalsel saat ini adalah produk hasil olahan kelapa sawit. Namun kini Kalsel membuka ragam komoditas ekspor baru berupa porang chips.
Baca Juga: Potensi Ekonomi Tinggi, Tanaman Porang akan Jadi Komoditi Ekspor Sulsel
Kedepan momentum positif ekspor perdana ini kita jaga dan tingkatkan, agar pertanian di Kalsel dapat terus ambil bagian dalam perkembangan ekonomi terlebih dimasa pandemi yang masih berlangsung, tambahnya.
Secara teknis, Kepala Karantina Pertanian Banjarmasin, Nur Hartanto menjelaskan fasilitasi karantina ekspor yang telah diberikan pihaknya yakni pada Porang yang sudah diolah dalam bentuk chips sebanyak 10 ton, dengan negara tujuan Jepang.
Sebagai koordinator upaya peningkatan ekspor pertanian diwilayah kerjanya, Nur Hartanto menyebutkan pihaknya fokus pada pencapaian target program Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor Pertanian (Gratieks) yang digagas Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.
"Kamipun selaku otoritas karantina bertugas untuk menjamin kesehatan dan keamanan produk yang akan diekspor. Dan kami pastikan Porang Chips asal Kalsel ini telah memenuhi persyaratan internasional tentang sanitari dan fitosanitari. Dan sudah tentu akan berimbas pada keberterimaan produk pertanian di negara tujuan", tutup Nur Hartanto.