Sonora.ID - Ketika mencari pekerjaan atau merintis karier, kebanyakan orang memiliki mimpi untuk bisa menyelaraskan antara karir dengan passion yang ada di dalam dirinya.
Sebuah teori untuk ‘bekerja sesuai passion’ ini justru kerap kali membuat tak sedikit orang bingung karena tak menyadari apa passion yang dimilikinya.
Melihat hal tersebut, Licensed Masted Trainer of NLP, Hingdranata Nikolay menyebutkan bahwa pada dasarnya tidak ada seorang pun yang sudah menyadari passionnya sejak awal dirinya memutuskan untuk merintis karier.
Baca Juga: 4 Tips Mencintai Pekerjaan di Luar Passion Menurut Hingdranata Nikolay
“Kalau saya akan bilang bahwa passion itu tanpa sadar kita selalu bangun dalam melakukan pekerjaan. Karena sebenarnya tidak ada satupun kita yang 100 persen sadar dari awal passion kita apa,” ungkapnya menjelaskan dalam program Smart NLP di Radio Smart FM.
Hing menyebutkan bahwa tak sedikit orang yang memulai pekerjaan atau kariernya terlebih dahulu, kemudian mengetahui passionnya karena sebelumnya belum memiliki pengalaman di bidang itu.
“Pada saat melakukan A, kita baru sadar bahwa hal itu asyik banget. Nah, bisa jadi kita bilang itu passion. Atau pada saat kita melakukan B atau C kita tidak suka, akhirnya kita baru tahu bahwa yang kita suka D, jangan-jangan passion kita D,” jelasnya menambahkan.
Baca Juga: Anda Bekerja Tidak Sesuai Passion ? Coba Lakukan Hal Simple Ini
Namun, ada satu hal yang perlu untuk diwaspadai bahwa jangan sampai passion atau hal yang disukai itu berdasarkan dengan kemudahan.
“Yang paling mudah kariernya enggak kemana-mana itu!” tegas Hingdranata.
Dalam kesempatan yang sama, Hing juga memaparkan bahwa hal itu bisa diukur dengan indikator waktu.
Baca Juga: Bukan Hanya Bakat, Pentingnya Punya Softskill untuk Menunjang Karier
“Jadi gini, orang yang menganggap apa yang dia kerjakan sebagai job otomatis tidak mau spendingwaktu banyak-banyak untuk dia mengerjakan itu. Jadi 40 jam cukup lah,” jelas Hingdranata.
Sedangkan, orang yang passionate dengan apa yang dilakukan, akan menjadikan pekerjaan itu sebagai karier, sehingga tidak keberatan jika pekerjaan dilakukan dalam jangka waktu yang lebih panjang per minggu atau per harinya.
“Sementara orang yang melihat itu sebagai karier, dia akan lebih banyak spending waktu,” sambungnya lagi menegaskan.
Baca Juga: Kerasnya Tantangan Berkarir, Hingdranata: Quit Bukan Jawaban yang Paling Tepat