Yogyakarta, Sonora.ID - Rasa cinta tanah air dan sikap bela negara penting terus digelorakan sebagai upaya menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila.
Oleh sebab itu diperlukan kampanye kesadaran berkelanjutan agar api semangat nasionalisme terus berkobar dalam dada tiap warga negara.
Salah satu perwujudannya adalah mendorong gerakan Indonesia Raya Bergema. Yakni mengumandangkan lagu kebangsaan Indonesia Raya secara kontinyu setiap hari di ruang-ruang publik.
Hal itu tercetus dalam acara buka puasa bersama Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Gusti Kanjeng Ratu Hemas dengan sejumlah aktivis kebangsaan lintas kalangan yang tergabung dalam Forum Rakyat Yogya untuk Indonesia (FORYOU INDONESIA) Jumat 16 April 2021 di Kraton Kilen Yogyakarta.
Baca Juga: 5 Destinasi Wisata Alam di Purworejo yang Bisa Anda Kunjungi
Ketua FOR YOU INDONESIA Subkhi Ridho mengungkapkan konsep gerakan Indonesia Raya Bergema itu sederhana, namun mengandung makna sangat fundamental. Yakni mengumandangkan lagu kebangsaan Indonesia Raya secara kontinyu setiap hari di perkantoran pemerintah, perkantoran swasta, sekolah, pasar, pusat perbelanjaan dan tempat-tempat lain yang memungkinkan pada jam telah ditentukan.
Saat diperdengarkan publik diminta menghentikan sejenak aktivitasnya untuk berdiri tegak dalam sikap sempurna.
"Indonesia Raya Bergema adalah gerakan nyata, simpel, mudah, tanpa biaya, dan menjadi edukasi semangat kebangsaan yang masif dan simultan. Aktivitas keseharian masyarakat hanya akan terinterupsi selama dua menit untuk bersikap sempurna saat mendengar lagu kebangsaan kita. Namun meski dua menit niscaya jika dilakukan setiap hari akan memperkokoh sikap cinta tanah air," tegas Subkhi Ridho.
Baca Juga: Niat Berwisata, Seorang Santri di Sukoharjo Tenggelam di Dam Kali Kuning, Sleman, Yogyakarta
Menurut aktivis muda Muhammadiyah ini gerakan Indonesia Raya Bergema memiliki dua tujuan substansial.
Pertama sebagai salah satu bentuk pernyataan rasa kebangsaan sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Kedua sebagai gerakan untuk memupuk kebersamaan, persatuan rasa cinta tanah air, dan sikap bela negara.
"Gerakan Indonesia Raya Bergema diharapkan menjadi gerakan nasional yang dicetuskan dari Yogyakarta untuk Indonesia. Rencana akan dicanangkan bertepatan dengan momentum Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 2021 mendatang. Kami berharap Ngarso Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono X berkenan mencanangannya," demikian ungkap Ridho.
Baca Juga: Diluncurkan Awal Maret, KRL Solo-Jogja Sempat Alami Macet di Jalur Stasiun Klaten-Srowot
FOR YOU INDONESIA merupakan wadah para aktivis kebangsaan lintas kalangan.
Pegiatnya antara lain Sekretaris Wilayah GP. Ansor DIY Hasan Syaifulloh, Ketua Pusat Studi Pancasila UPN Yogyakarta Lestanta Budiman, pendiri museum Rumah Garuda Nanang Rahmat Hidayat, pegiat Kawruh Jiwa Ki Prasetyo Atmosutidjo, aktivis Barisan Nasionalis Pancasila Bhayu Malam, ketua Aliansi SMA Yogya Bersatu Nana Je, ketua Paguyuban Kawula Mataram Bimo Subandi, sutradara ketoprak Nano Asmorodono, koordinator Sekber Keistimewaan DIY Widihasto Wasana Putra, dosen APMD Tri Agus Siswowiharjo, pekerja seni Eko Bebek, guru Sekoĺah Anak Alam Budi Gemak, pegiat Tirta Kelapa Art Space Riko Dwisetyanto, perupa Pambudi Sulistyo, aktivis Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia Peradah DIY Ketut Megantara, aktivis Perkumpulan Kepercayaan & Budaya Nusantara PKBN Kris Triwanto, aktivis muda Nono Karsono, para alumni Kemah Pelajar Pancasila Indonesia serta sejumlah aktivis muda lainnya.
Baca Juga: Muntahkan Lava Pijar, Awan Panas Disertai Gempa, Gunung Merapi Status Siaga 3
Sri Sultan Hamengku Buwono X mempersilakan inisiatif masyarakat untuk menggelorakan sikap nasionalisme melalui gerakan Indonesia Raya Bergema.
Sultan berpesan agar gerakan itu mempertimbangkan situasi dan kondisi lapangan sebab sesuai ketentuan perundangan pada saat lagu kebangsaan dikumandangkan maka ada kewajiban publik untuk berdiri dalam sikap sempurna.
"Jadi sebaiknya sasarannya dilakukan di tempat-tempat yang memungkinkan seperti di lingkungan sekolah atau lembaga pendidikan, instansi pemerintah, perkantoran swasta, pusat perbelanjaan maupun lokasi lain yang memungkinkan. Jangan dilakukan di jalan raya. Tentunya kan tidak mungkin orang yang tengah berkendara harus berhenti dan turun dari kendaraan. Kan tidak mesti seperti itu," pesan Sultan.
Baca Juga: Pengembangan Sumbu Filosofi Yogyakarta untuk Mendorong Quality Tourism DIY
Pada kesempatan itu Sultan juga memaparkan berbagai pengalaman dan pandangannya mengenai kehidupan kebangsaan.
Bagi Sultan, dirinya selaku kepala daerah memiliki kewajiban untuk membina dan memupuk kesadaran politik berbangsa masyarakatnya. Kemajemukan masyarakat selain diikat oleh konsensus nasional Pancasila juga diatur berbagai peraturan perundang-undangan.
Sultan mencontohkan, pernah suatu ketika ada tindakan intoleransi terhadap kelompok masyarakat yang secara jumlah kecil.
Pelaku mengaku melakukannya dengan alasan kesepakatan mayoritas warga sebagai wujud kearifan lokal.
Baca Juga: Showcase Premium Produk UMKM DIY di Gedung Heritage Bank Indonesia
Bagi Sultan masalah tersebut bukan soal kearifan lokal dan bukan pula masalah mayoritas atau minoritas.
Apapun alasannya tetap tidak boleh siapapun baik individu atau kelompok membuat kesepakatan yang bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Baginya ini soal prinsip. Soal prinsip tidak ada tawar menawar.
"Untuk menghindari kejadian serupa berulang dibutuhkan sikap tenggang rasa, tepo seliro, hormat menghormati serta dialog yang dilandasi niat baik dan kejujuran semua pihak. Rasa Ketuhanan, rasa kemanusiaan dan rasa keadilan harus senantiasa dikedepankan. Kita bisa lentur dan fleksibel dalam berdinamika satu dengan yang lain, namun tetap harus tegas dalam prinsip," terang Sultan.
Baca Juga: Kepesertaan JKN-KIS untuk BPJS Kesehatan Cabang Yogyakarta Mencapai 92,04 persen
Selain itu Sultan menggaris bawahi pentingnya merumuskan pendidikan ideologisasi Pancasila secara berjenjang. Materi atau kurikulumnya disesuaikan sesuai tingkat pendidikan dari PAUD, pendidikan dasar hingga perguruan tinggi.
"Untuk tingkatan mahasiswa idealnya sudah bukan pendidikan lagi melainkan sudah tahapan mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila," papar Sultan.
Aktivis Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika dari Jakarta Nia Syaifudin mengapresiasi gagasan Indonesia Raya Bergema.
Menurutnya dari masa revolusi kemerdekaan hingga saat ini gerakan sosial yang dimunculkan dari Yogyakarta selalu jadi inspirasi secara nasional.
Dirinya mengaku bersyukur Yogyakarta memiliki Sultan dan Ratu Hemas sebagai tokoh nasional yang berintegritas serta rakyat Yogyakarta yang selalu bersemangat menjadi perisai NKRI.
Baca Juga: Ini 5 Angkringan Paling Populer di Yogyakarta, Enak dan Murah!