Sonora.ID - Berpuasa di bulan Ramadan tentu menjadi kenikmatan tersendiri karena nuansa yang berbeda dari bulan-bulan biasanya.
Selain menahan lapar dan minum, berpuasa juga mewajibkan kita untuk menahan amarah dan tidak menuruti hawa nafsu. Apabila hal itu dilakukan, bisa jadi pahala yang kita terima akan berkurang.
Lalu, apakah marah terhadap pasangan bisa membatalkan puasa Ramadan?
Baca Juga: Puasa Lancar, Inilah 4 Cara Menahan Nafsu di Bulan Ramadan
Imam Abu Syuja’ di kitab Taqrib menyatakan ada 10 perkara yang dilakukan manusia yang dapat membatalkan puasa.
Hal hal yang membatalkan puasa di antaranya: memasukkan sesuatu secara sengaja hingga menjurus ke perut, masuknya sesuatu lewat lubang luka, menuangkan obat pada salah satu jalan antara qubul dan dubur.
Selain itu, muntah dengan cara disengaja, bersetubuh secara sengaja, keluarnya air mani dengan sengaja, haid, nifas, gila dan terakhir murtad.
Dari kesepuluh hal di atas, marah terhadap pasangan saat berpuasa itu tidak membatalkan puasa. Oleh karena itu menurut syariat, orang yang marah puasanya tetap dinyatakan sah.
Setelah mengetahui hukumnya marah tidak membatalkan puasa, ternyata menahan amarah merupakan ciri-ciri orang yang bertakwa menurut Pakar Tafsir Alquran, Muhammad Quraish Shihab.
Seperti dilansir dari NU Online, jika manusia sedang menahan amarah usahakan jangan sampai menampakkan di mukanya. Kalau memang terpaksa terlihat, lanjut Quraish Shihab, maka jangan lidah ikut berucap. Kalau itu terpaksa juga, maka ucapkanlah yang baik.
Baca Juga: Mengenal Diri Sendiri dengan Solo Traveling, Mungkinkah Bisa?
“Kalau terpaksa berucap tidak baik, maka jangan melampaui batas apalagi menggunakan tangan,” katanya.
Menurutnya, secara umum ibdah puasa bertujuan meraih ketakwaan. Hal tersebut sesuai dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 183.
Terkait konteks ketakwaan, Quraish Shihab menjelaskan bahwa dalam konteks ibadah, puasa bertujuan meningkatkan dua hakikat yang harus dihayati dalam kehidupan di dunia ini.
Pertama manusia adalah makhluk yang memiliki ruh dan jasad. Ibadah puasa yang kita jalani hendaknya sebagai pengingat bahwa perlu memberi perhatian jasmani dan mengasah rohani.
Kedua, yakni manusia tidak selamanya hidup di dunia, melainkkan akan berlanjut hidupnya ke akhirat nanti. Puasa pun punya makna yang dalam dan mendapatkan banyak perhatian.
Perlu diingat bahwa puasa merupakan salah satu ibadah yang berusaha mewujudkan sifat-sifat Allah sesuai kadar kemampuan makhluk. Begitulah penjelasan dari ayahanda dari Najwa Shihab.