Sonora.ID - Tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402, membuat duka mendalam bagi rakyat Indonesia.
Kapal selam ini tenggelamnya di laut Bali, tepatnya di laut wilayah utara.
Setelah sebelumnya dalam pencarian, akhirnya kapal selam ini resmi dinyatakan tenggelam. Dan kini pencarian puing-puingnya masih terus dilakukan.
Berbicara laut dan samudera, khususnya di Bali memang mengandung banyak misteri.
Cerita rakyat dan mitos ihwal mistisnya laut Bali Utara pun masih melegenda hingga saat ini. Dimana laut Bali Utara, dikenal juga sebagai batas pemisah Pulau Jawa dan Bali.
Baca Juga: Wali Kota Surabaya Siapkan Beasiswa untuk Seluruh Anak dari Awak KRI Nanggala-402
Jero Mangku Ketut Maliarsa (26/4/2021) mengatakan bahwa pada awalnya dalam cerita rakyat, disebutkan bahwa Pulau Jawa dengan Pulau Bali merupakan teritorial satu- kesatuan dan tidak terpisah seperti saat ini. Dengan terpisahnya antara kedua pulau ini, maka diantara pemisahan itu disebut selat Bali.
"Selat Bali merupakan teritorial Bali Utara yang diyakini merupakan tempat yang mistis atau angker," ucapnya.
Lebih lanjut diungkapkan bahwa daerah selat Bali itu keramat, karena merupakan tatanan daerah tempat suci yaitu adanya Pura Segara Rupek.
Dimana, Pura Segara Rupek berada tepat di ujung hidung Pulau Bali, yang merupakan daerah teritorial kabupaten Buleleng.
Baca Juga: Pemerintah Beri Penghargaan dan Naikan Pangkat 53 Awak KRI Nanggala-402 yang Gugur
Jero Mangku Ketut Maliarsa mengungkapkan bahwa menurut Babad Arya Bang Pinatih, Mpu Siddhi Mantra beryoga semadi memohon kemuliaan dan kerahayuan jagat kepada Bhatara Siwa dan Sang Hyang Baruna Geni.
"Beliau (Mpu Siddhi Mantra) dititahkan untuk menorehkan tongkat saktinya sebanyak tiga kali, dan terjadilah keajaiban yaitu air laut pasang yang mengakibatkan pulau Jawa dan pulau Bali menjadi terpisah seperti sekarang ini," terang Jero Mangku.
Menurutnya, Cerita mistis ini yang menjadikan daerah selat Bali ditakdirkan menjadi daerah perairan yang angker.
Diungkapkan bahwa secara spiritual, di daerah ini setiap tahun diadakan upacara dan upacara pakelem yang disebut dengan sarana banten dirgayusa bumi dan tawur gentuh pada hari suci Anggara(Selasa), Umanis, Wuku Uye.
Baca Juga: Foto Penampakan KRI Nanggala-402 yang Ditemukan Terbelah Jadi 3 di Bawah Laut
Selain itu, Jero Mangku Ketut Maliarsa menjelaskan bahwa Pura Segara Rupek, secara arfiah maknanya adalah lautan sempit yang disebut dengan nama Selat Bali.
Dan hal ini tidak bisa lepas dengan mitologi, bahwa ada seorang brahmana yang sangat sakti mandraguna, kaya raya dengan istrinya cantik dari kerajaan Daha. Nama brahmana ini, tidak lain Mpu Siddhi Mantra.
"Sekali pun kehidupan beliau seperti itu, terusik dengan ulah anak semata wayangnya Manik Angkeran yang sehari-harinya sebagai penjudi. Dalam cerita itu, dikatakan bahwa Manik Angkeran kehidupan sehari-harinya diliputi dengan kegelapan karena suka berjudi," jelasnya.
Baca Juga: Sosok Letkol Laut Heri Oktavian, Komandan KRI Nanggala-402 yang Dikenal Penyabar
Tidak tanggung-tanggung, bahkan hingga banyak hutang. Bahkan membuat kekayaan ayahnya nyaris habis.
"Tetapi beliau ini tidak pernah tobat, bahkan sampai kekayaan Mpu Siddhi Mantra habis," tegasnya.
Dalam keadaan terjepit dan terpuruk seperti ini, sang mpu bertapa dan beryoga semadi, memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa untuk mohon pertolongan- Nya agar bisa membayar utang anaknya.
Pada saat itu, beliau mendapat pawisik atau wahyu agar sang mpu datang ke kawah Gunung Agung.
Sebab di sana ada harta karun yang bisa membatu kesulitannya.
Baca Juga: Masuk Fase Subsunk, Panglima TNI Terus Cari Bukti Tenggelamnya KRI Nanggala 402
"Dengan kesaktiannya sang mpu cepat sampai di kawah Gunung Agung, dan Beliau duduk sambil merapalkan mantra-mantra dengan disertai uncaran suara genta yang bertalu-talu," kisahnya.
Maka muncullah Sang Naga Basuki dari persembunyiannya dan menanyakan tentang keperluannya datang ke sana.
Lalu berceritalah Mpu Siddhi Mantra tentang kesulitannya, sehingga diberikan anugerah emas dan intan yang begitu melimpah serta disuruh mengabil serta cukup bahkan melebihi untuk membayar utang anaknya.
"Tetapi ingat dengan syarat agar sang anak dinasehati untuk mengubah perilakunya agar tidak lagi melakukan kegiatan berjudi lagi," katanya.
Mpu Siddhi Mantra, kembali ke Daha dan langsung disuruh sang anak untuk membayar utang-utangnya.
Setelah dibayar ternyata betul masih ada sisa, dan di sanalah Manik Angkeran tergoda imannya untuk berjudi lagi.
Bahkan sampai kembali punya utang yang begitu banyak. Pada saat ini sang mpu kehabisan akal, lalu anak ini tidak dihiraukan lagi.
Baca Juga: Pamit Tugas ke Istri, Ini Pesan Terakhir Awak KRI Nanggala 402
Lalu kemudian pergilah sang anak tanpa tujuan, hingga akhirnya dia ingat bahwa sang ayah memperoleh emas dan intan dari kawah Gunung Agung.
Muncul niatnya untuk pergi ke tempat itu, sambil mencuri genta sang ayah dan dibawa ke kawah tersebut.
Sesampainya di sana, Manik Angkeran mengumandangkan uncaran bunyi genta tanpa disertai mantra. Walaupun begitu Sang Naga Basuki akhirnya, juga menemui Sang Manik Angkeran.
Begitu sang naga berbalik, terlihat lah diekornya banyak emas dan permata.
Lalu ia mengambil keris dan memotong ekor sang naga itu.
Sang Naga Basuki kesakitan dan akhirnya marah. Maka kemudian dibakarlah Manik Angkeran dengan kesaktiannya hingga akhirnya habis menjadi abu.
Baca Juga: Polisi Udara Kirim Bantuan Pencarian Kapal Selam KRI Nanggala-402
Hal ini membuat Mpu Siddhi Mantra sedih, karena anaknya hilang tidak pulang semenjak kepergiannya.
"Oleh karena saktinya maka mpu memperkirakan anaknya datang ke kawah Gunung Agung," sebutnya.
Ternyata benar saja, lalu sang mpu menanyakan pada Naga Basuki tentang keberadaan anaknya. Beliau diberitahu bahwa sang anak telah dibakar jadi abu.
"Dengan rasa terharu dan sedih, mpu memohon pada Sang Naga Basuki agar anaknya dihidupkan kembali," ucapnya.
Tetapi sang naga juga memohon agar sang mpu mengembalikan ekornya untuk bisa tersambung lagi.
Dengan kesaktiannya masing -masing, akhirnya ekor sang naga bisa tersambung dan sang anak telah hidup kembali.
Baca Juga: Pencarian KRI Nanggala-402 hari ini mengerahkan 5 KRI, 1 helikopter dan 400 Personil
Seperti diceritakan sebelumnya, bahwa Mpu Siddhi Mantra beryoga semadi dan yang dipuja adalah Bhatara Siwa dan Sang Hyang Baruna Geni.
Lalu beliau mendapat anugerah, dan disuruhlah Mpu Siddhi Mantra menorehkan tongkat saktinya sebanyak tiga kali. Hingga terbelahlah Pulau Jawa dan pulau Bali sehingga memunculkan Selat Bali. Seperti saat ini. Demikian kisahnya.
Jero Mangku Ketut Maliarsa mengatakan secara rasa dan keyakinan di sinilah letak kemistisannya dan keangkerannya.
Diungkapkan bahwa mengenai eksistensi Selat Bali yang juga dapat dikatakan penuh dengan hal- hal mistis dan keramat.
"Hal ini perlu diyakini, oleh karena tempat ini benar- benar angker sehingga secara niskala perlu mohon izin," ucap Jero Mangku Ketut Maliarsa.
Baca Juga: Jokowi: Prioritas Utama Adalah Keselamatan 53 Awak Kapal KRI Nanggala-402
Sehingga jika ingin lewat atau melakukan kegiatan, pada areal itu atau wilayah Bali lainnya. Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Mengapa Mpu Siddhi Mantra mendapatkan anugerah untuk menorehkan tongkat saktinya? Menurut Jero Mangku Ketut Maliarsa adalah untuk menjaga tatanan teritorial pulau Bali tetap asri dan lestari.
Dan yang tidak kalah pentingnya, agar anak Mpu Siddhi Mantra tidak dapat bebas pulang pergi ke Jawa.
Sebab sedang dididik dan digembleng untuk mengubah perilaku suka berjudi. Hingga akhirnya sang anak didiksa menjadi Dang Hyang Manik Angkeran.
Baca Juga: Berikut Daftar Nama 53 Awak Kapal Selam KRI Nanggala-402 yang Hilang Kontak di Bali