Padahal, pihaknya justru menegaskan bahwa hal ini ketika terus-menerus dilakukan akan menciptakan pola pikir pada anak untuk terus ditakut-takuti untuk melakukan sesuatu, kemudian anak tidak percaya diri untuk mengambil langkah sebelum mendapatkan pemicu tersebut.
“Kalau ini dilakukan bertahun-tahun, secara terus-menerus, nantinya anak tumbuh menjadi pribadi yang kena rem. Artinya dia akan terus membutuhkan pemicu penakut untuk melakukan sesuatu. Nah ini yang akan terjadi, dia menjadi tidak pede nantinya,” sambung Fida.
Baca Juga: Apa Itu Self Compassion? Pakar Parenting: Harus Dipupuk sejak DIni
Hal ini kerap kali tidak disadari karena kebiasaan menakut-nakuti ini biasanya dipupuk sejak kecil, dan terus dilakukan hingga menginjak remaja.
“Sedangkan orang tua bisa melakukan hal yang lain dengan menyadarkan anak itu. Tetapi kesadaran ini harus berhubungan dengan emosinya orang tua. Orang tua harus berani bilang ‘ya sudah kalau kamu tidak mau belajar, kamu tidak naik kelas, itu tanggung jawabmu’. Nah, orang tua tidak berani mengatakan itu,” tegasnya.
Artinya, Fida lebih merekomendasikan sang orang tua menjabarkan konsekuensi dan meminta anak untuk bertanggung jawab atas semua keputusan yang anak pilih.
Baca Juga: Apa Itu Parenting Agility? Master Trainer: Anak Merasakan Stres dari Orang Tua