Sonora.ID - Meski berada di dalam sebuah lingkungan keluarga yang memiliki latar belakang budaya dan ajaran yang hampir sama, tetapi perdebatan di dalam keluarga memang tidak bisa terhindari.
Adanya gap antara usia orang tua dan anak, berbedaan pergaulan, pola berpikir, dan berbagai faktor lainnya kerap kali menjadi penyebab adanya miscommunication di dalam sebuah keluarga.
Pakar Parenting, Andyda Meliala dalam program Smart Parenting di Radio Smart FM menjabarkan sebenarnya adalah 12 penyebab pokok terjadinya kesalahpahaman berkomunikasi yang kerap terjadi dalam keluarga.
Baca Juga: Kasubbid Komunikasi Publik Satgas Covid-19: Cinta Diri Sendiri Dulu!
“Yang pertama itu mengancam atau menakut-nakuti. Nah, ini sepertinya yang paling banyak dilakukan oleh orang tua Indonesia,” tegasnya.
Kemudian ada kebiasaan memerintah, mengkhotbahi atau mengkuliahi, menasehati atau menggurui, berlogika, mengkritik atau menyalahkan.
“Kemudian yang ketujuh adalah memuji. Memuji tapi tujuan memujinya adalah sebenarnya memanipulasi. Yang kedelapan itu memberi label atau mengolok-olok, kemudian menganalisa,” sambung Andyda.
Baca Juga: Ciptakan Komunikasi Efektif dengan Keterampilan Mendengarkan
Penyebab kesalahpahaman berkomunikasi selanjutnya adalah orang tua terkesan bersimpati, tetapi caranya tidak pas atau tidak sesuai.
Kemudian yang ke-11 adalah mempertanyakan, dan yang terakhir adalah menghindar.
“Ada 12 hambatan yang membuat kesalahpahaman yang terjadi dalam komunikasi di dalam keluarga. Berbagai hambatan tersebut, ketika disampaikan oleh orang tua, cara komunikasi yang 12 macam itu, itu akan memicu perasaan bermacam-macam pada anak,” jelasnya.
Baca Juga: 3 Hal yang Perlu Diperhatikan untuk Wujudkan Parenting Agility
Anak bisa jadi merasa marah, kecewa, takut, atau bahkan selalu dihantui perasaan bersalah karena adanya ungkapan dari sang orang tua.
Apapun perasaan yang timbul, satu yang pasti adalah sang anak akan merasa tidak nyaman dengan adanya 12 penyabab miscommunication tersebut.
“Satu persamaan, bahwa perasaan tersebut menimbulkan rasa tidak nyaman. Nah, lalu apa yang terjadi ketika anak merasa tidak nyaman? Otak emosi, stresnya aktif, dan akan berhenti berpikir. Jadi apapun yang kita sampaikan tidak akan efektif,” paparnya menegaskan.
Baca Juga: Apa Itu Self Compassion? Pakar Parenting: Harus Dipupuk sejak DIni