Banjarmasin, Sonora.ID - Tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah. Pepatah ini menggambarkan bahwa memberi lebih baik ketimbang meminta. Namun sayangnya, pepatah ini tak berlaku bagi sebagian orang.
Bahkan sebagian dari mereka, justru menjadikan istilah 'tangan dibawah' sebagai profesi sehari-hari. Beberapa orang beranggapan bekerja dengan cara 'tangan bawah' menjadi salah satu solusi untuk meraup cuan.
Modusnya beragam, mulai dari cukup dengan menampilkan pakaian seadanya lalu mengulurkan tangan, atau dengan cara menampakan kekurangan diri kepada setiap pengendara yang melintas.
Baca Juga: Pengemis Menjamur di Banjarmasin, Ahmad Muzaiyin: Gerak Kami Terbatas
Akhir-akhir ini di Banjarmasin sedang marak pengemis dengan membawa seorang bocah atau bahkan menggendong bayi. Bayi dan anak yang ada digendongan mereka ditujukan untuk memancing iba dari sang 'dermawan'.
Salah satu lokasi di kawasan Banjarmasin yang kerap dijadikan sebagai tempat mencari nafkah para pengemis adalah di JL. S Parman.
Saat melakukan pemantauan reporter Smart FM Banjarmasin pada Selasa (01/06) siang, menemukan dua perempuan yang tampak berjalan tertatih-tatih. Mengarahkan gelas plastik, mengharapkan receh dari para dermawan pengguna jalan.
Baca Juga: Modus Baru Pengemis, Denda Rp 50 Juta bagi Pemberi Uang untuk Manusia Silver
Ada sejumlah kesamaan dari dua perempuan itu. Saat mengemis, keduanya, sama-sama menggendong seorang bocah.
Salah seorang pengemis yang mengaku bernama Desi Selpia. Dia mengatakan, dirinya tak punya pilihan lain selain mengemis lantaran hanya hidup sendiri dan tak memiliki keahlian.
"Saya sudah tidak bersuami lagi. Saya harus menghidupi anak-anak saya. Turun dari rumah siang hari, baru pulang sore hari nanti," jelasnya.
Ia mengaku nekat membawa anaknya ke jalanan, karena bila ditinggal di rumah, tak ada seorang pun yang menjaga.
Baca Juga: Oknum Satpol PP yang Rampas Uang Pengemis di Batam Diamankan Polisi
Perempuan 30 tahun itu menuturkan, bahwa sudah sebulan terakhir dirinya mengemis. Sebelumnya dia sempat bekerja serabutan sebagai pengupas bawang. Namun, penghasilan yang didapat dianggapnya tak cukup memenuhi kebutuhan dirinya dan anak-anaknya.
"Sehari, hanya bisa bawa pulang Rp20 ribu sampai Rp40 ribu. Mana cukup. Saya belum pernah dapat bantuan apapun dari pemerintah," ungkapnya.
Desi lantas menjelaskan, bahwa dirinya memiliki dua orang anak. Anak pertama duduk di bangku kelas III Sekolah Dasar. Sedangkan anak kedua, usianya enam tahun. Yang ia bawa serta ketika mengemis.
Baca Juga: Pemkot Palembang Gelar Rapat Lanjutan Terkait Anak Jalanan dan Gepeng
Dari penghasilannya mengemis, perempuan asal Kelayan B Gang Haji Muhammad, itu mengaku bisa mengantongi Rp100 ribu setiap harinya.
Disinggung apakah dirinya tidak takut apabila sewaktu-waktu ditangkap oleh Satpol PP, Ia mengaku hanya pasrah.
"Kalau sudah jalannya tertangkap ya tidak apa-apa. Sudah nasib. Pernah tertangkap sekali dibawa ke rumah singgah. Setelah keluar dari rumah singgah, saya ya mengemis lagi," tutupnya.
Masih di lokasi yang sama. Pengemis lainnya, mengaku bernama Kartika. Rupanha perempuan 32 tahun itu adalah kakak dari Desi.
Berbeda dari sang adik, dia mengaku baru lima kali mengemis. Itu pun, lantaran diajak oleh adiknya.
"Di sini (Jalan S Parman, red) tiga kali. Dan di simpang empat Jalan Lambung Mangkurat dua kali," ucapnya.
Baca Juga: New Normal Fase 2, Satpol PP Balikpapan Kembali Tertibkan Anjal & Gepeng
Nasib Kartika juga tak jauh berbeda dari nasib adiknya. Mengemis lantaran tak punya pilihan lain. Tak lagi memiliki suami, tak pernah dapat bantuan dari pemerintah.
Kemudian, Ia juga mengaku memiliki dua orang anak. Satu laki-laki dan seorangnya lagi perempuan.
"Yang laki-laki, duduk di bangku kelas II SMP. Sedangkan adiknya, ini usianya baru jalan tiga tahun," tambahnya.
Kesamaan lainnya, Kartika juga mengaku pernah bekerja serabutan alias sebagai pengupas bawang. Namun, upah yang dihasilkan, juga dianggapnya tidak mampu memenuhi kehidupan sehari-hari.
"Saya sebenarnya ingin saja melamar pekerjaan lain. Tapi mau bagaimana, kalau SD pun saya tak lulus," tuturnya.
Kartika juga menuturkan hanya bisa pasrah bila suatu saat dirinya tertangkap oleh aparat penegak perda.
"Masing-masing sudah ada rezekinya. Dan susah ada yang mengatur," tuntasnya.
Baca Juga: Marak Pengemis dan Anjal Saat Pandemi, Dinsos Makassar Garap Program ini