Selain itu, lanjut dia, Bed Occupancy Ratio (BOR) di Provinsi Jawa Barat saat ini sudah melebihi standar WHO yakni di atas 60 persen.
"Dan tadi malam BOR di Jabar itu sebesar 62,65 persen kalau dibandingkan minggu lalu ini pertambahannya tinggi. Sehari nambahnya dua tiga persen. Dan ini sudah melebihi standar dari WHO. WHO itu sebesar 60 persen," kata dia.
Dengan kondisi tersebut, kata Marion, jika merujuk pernyataan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil maka Jabar menjadi "siaga" terhadap Covid-19.
Baca Juga: Seputar THR, Pemprov Jabar Fasilitasi Dialog Antara Perusahaan dengan Pekerja
"Kalau Pak Gubernur Jabar bilang ini sudah siaga karena kita tidak ingin pasien-pasien ini tidak mendapatkan layanan medis di rumah sakit karena BOR kita penuh semua," tegasnya.
Ia mencontohkan, Kota Bandung memiliki kapasitas tempat tidur untuk merawat pasien Covid-19 bergejala ringan atau berwarna hijau 947 terisi 767.
"Kemudian yang kuning 544 itu sudah terisi 474, yang merah 79 sudah terisi 65. Coba dibayangkan, sekarang di IGD rumah sakit banyak yang sedang menunggu apakah akan dimasukkan ke ruangan gejala ringan, sedang atau berat," paparnya.
Baca Juga: Memudahkan Akses Data, Pemprov Jabar Hadirkan Ekosistem Data Jabar
Hadir di acara yang sama, Direktur Utama RSUD Al Ihsan Kab. Bandung, Basmala Gatot mengatakan, pihaknya memiliki 151 tempat tidur khusus untuk pasien Covid-19. Saat ini semuanya terisi sehingga belum bisa merawat pasien baru yang terpapar virus tersebut.
Dia mengakui saat ini terdapat 20 pasien di instalasi gawat darurat yang belum masuk ruang perawatan.
"Ada 20 pasien di IGD yang sedang di-screening. Nanti ketahuan, apakah bisa isolasi mandiri atau dirawat," katanya.
Baca Juga: Percepat Vaksinasi, Pemprov Jabar Manfaatkan Gedung Sate dan Gedung Pakuan
Akibat keterbatasan ruang rawat, dia memastikan yang bisa dirawat di rumah sakit hanya pasien yang mengalami gejala berat.
Sedangkan Direktur RS Borromeus, Chandra Mulyono, mengatakan, pihaknya menyiapkan 159 tempat tidur untuk pasien Covid-19. Dia menilai, peningkatan pasien ini banyak yang berasal dari klaster keluarga.
"Banyak klaster keluarga. Jadi hindari pelanggaran disiplin prokes. Karena ada satu klaster keluarga, semuanya kena," kata dia.