Palembang, Sonora.ID - Semua orang pasti pernah mengalami perasaan cemas, namun bila dirasakan berlebihan maka sesorang dapat mengalami gangguan.
Dr. Ekanita Meivita Sembiring, Sp.Kj dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Palembang dalam acara Bincang Dokter (14/06/2021) mengatakan cemas termasuk dalam gangguan kejiwaan.
“Cemas lebih ke perasaan kuatir yang berlebihan dan tidak terkendalikan. Sementara depresei lebih ke perasaan sedih, mudah lelah, perasaan tidak berguna dan kehilangan minat,” ujarnya.
Ia menambahkan cemas dan depresi dapat dialami segala usia mulai dari anak-anak, remaja, dewasa dan lansia.
Baca Juga: 3 Tips Kendalikan Rasa Cemas ala Konsultan, Hati-hati Bisa Ubah Perilaku!
“Cemas banyak dialami usia muda 20 sampai 40 tahun, depresi di usia muda juga lansia 50 sampai 60 tahun,” tukasnya.
Kecemasan ditandai khawatir yang berlebihan, bisa mengalamai gejala fisik seperti keringat dingin, jantung berdebar, otot tegang, kepala sakit.
"Keluhan fisik yang muncul, makanya mereka sering berobat ke dokter fisik atau dokter umum dan spesialis. Jika berlebihan dan diterapi, beberapa waktu dan tidak ada perbaikan dari dokter umum baru dibawa ke psikiater,” ujarnya.
Pikiran yang fokus kepada hal-hal yang membuat cemas itu sendiri membuat orang merasa cemas seperti memikirkan masalah sehari-hari, mau makan apa? adalah contoh penyebab cemas.
Baca Juga: Cemas vs Gangguan Kecemasan, Konsultan: Cemas Itu Hal yang Positif!
“Coba alihkan ke pikiran yang membuat senang seperti punya keberhasilan atau jalan-jalan. Pikiran bisa dialihkan kesana,” tukasnya.
Cemas juga memiliki sisi positif. Missal dengan cemas maka membantu kita mempersiapkan diri missal mau ada ujian, makanya belajar. Cemas sebetulnya belum tentu terjadi, hanya reaksi yang berlebihan akhirnya timbul gangguan mulai dari otot tegang, sakit kepala bahkan diare terus-terusan.
Terapi yang dilakukan ada dua cara yaitu dengan obat dan dengan psikoterapi. Namun yang diutamakan adalah psikoterapi yaitu fokus kepada hal-hal yang menggembirakan. Kemudian relaksasi dengan cara tarik napas dalam-dalam, tahan 5 hitungan dan hembuskan dalam 5 hitungan, dilakukan berkali-kali.
Baca Juga: Sering Dianggap Aneh, ‘Ngomong Sendiri’ Ternyata Bisa Bikin Mental Kuat!
Olahraga seperti berenang, jogging bisa membantu menghilangkan cemas. Cerita dengan orang yang dipercaya juga bisa mengurangi cemas.
“Bila berulang dan mengganggu pekerjaan, pekerjaan jadi tidak beres, maka perlu konsultasi ke psikolog atau psikiater. Mulai menyendiri dan tidak lagi beraktifitas seperti biasa juga perlu konsultasi,” ujarnya.
Depresi awalnya sesorang sering melamun, menyendiri kurang fokus dan mudah lelah, tidur-tiduran, susah tidur, mudah terbangun dan sulit tidur lagi, bila kumpul merasa sendiri. Depresi pada remaja tidak selalu dalam bentuk kesedihan. Emosi tidak stabil, mudah tersinggung, kesal dan lebih kepada emosi.
Baca Juga: Segera Hubungi Psikolog Jika Anda Mengalami 7 Tanda Berikut Ini!
“Terpenting orang tua harus sepakat. Ajak ngobrol dan cari solusinya. Bila berat dibantu dengan obat agar lebih fokus,” tukasnya.
Cemas tidak ada tingkatan, namun depresi ada tingkatan mulai dari ringan sedang dan berat. Untuk ringan tidak butuh obat hanya psikoterapi saja.
Bila sedang dan berat butuh obat dan psikoterapi. Pada lansia depresi lebih disebabkan mengalami kesendirian. Missal cucu atau anak pergi. Pensiunan juga lebih rentan mengalami depresi.
“Mereka lebih nyaman dirumah sendiri ketimbang rumah anak. Gejala depresi pada lansia missal susah tidur, cemas, tiba-tiba ngompol, diare dan pikun. Pengobatannya diterapi dengan obat kecil dan psikoterapi. Butuh peran keluarga untuk memulihkannya,” ujarnya.
Penting juga bagi seorang ibu hamil untuk menjaga pisikisnya dengan baik selama kehamilan. Karena bila cemas yang berlebihan dapat berpengaruh kepada kondisi janinnya.
Kesulitan saat proses persalinan juga bisa berpengaruh terhadap psikis anak. Orang tua yang terlalu perfect juga bisa berpengaruh terhadap psikis anaknya.
Baca Juga: Jangan Biarkan Kesedihan Berubah menjadi Depresi, Pegang 3 Kunci Ini