Kendal, Sonora.ID - Kendal merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Banyak tempat wisata dan makanan khas yang bisa anda temukan di Kota Ini. Namun, tak hanya itu saja Kabupaten Kendal juga menyimpan banyak tradisi. Salah satunya adalah tradisi Kirab Mangsa Labuh.
Tradisi Kirab Mangsa Labuh merupakan tradisi yang digelar untuk menyambut musim tanam padi dan dilaksanakan setiap setahun dua kali. Mangsa Labuh adalah masa awal musim penghujan, begitunorang jawa menyebutnya. Musim penghujan sendiri biasa disebut musim rending. Jadi Mangsa rendeng dimulai dengan mangsa labuh, setelah sebelumnya musim kemarau (ketigo).
Tujuannya, sebagai ungkapan rasa syukur petani atas hasil panen tanaman, serta memohon agar diberikan kemudahan dalam musim tanam yang akan dilakukan sehingga hasil panen bisa petani bisa melimpah.
Baca Juga: Masih Dilestarikan, Ini 5 Tradisi Demak yang Masih Ada Sampai Sekarang
Pada saat musim kemarau tiba, tentunya petani akan mengalami kekeringan pada lahan sawahnya sehingga tak menghasilkan hasil panen apapun. Hasil panen terakhir dari mangsa lareng/lemarengan, biasanya sudah habis untuk dikonsumsi dan mencukupi kebutuhan lainnya. Maka pada saat mangsa labuh tiba, seringkali ketersediaan bahan pangan akan menipis bahkan habis.
Tradisi kirab Mangsa Labuh ini dimulai dari arak-arakan gunungan dari balai desa, bersama kepala desa dan tokoh masyarakat menuju satu tempat yang dinamai brak yang berada di area persawahan.
Gunungan itu berupa jenis dayur-sayuran hasil bumi desa, seperti kacang, timun, terong, Lombok dan lainnya. Selain gunungan hasil bumi, ada juga pembawa dua buntel bibit padi untuk dikawinkan atau dicampur untuk ditanam.
Setelah sampai di brak, kemudian dilakukan doa bersama yang dipimpin oleh ulama setempat. Usai berdoa, warga akan berebut gunungan dan makan bersama. Setelah itu, mereka juga menggelar selamatan bersama (ambengan) di atas daun pisang. Selain gunungan juga ada beberapa tumpeng dan aneka makanan yang dibawa oleh petani untuk dikumpulkan jadi satu lalu dimakan bersama. Kirab ini dilakukan
Tradisi ini masih dilestarikan oleh warga setempat sebagai bentuk syukur bisa mengolah sawah dan rasa syukur kepada sang pencipta, serta diharapkan dapat menambah semangat dan kerukunan antar petani.