Sonora.ID - Bank-bank mini yang mulai beralih menjadi bank digital ini menjadi hal yang menarik diperhatikan para pelaku pasar. Hal ini pun diperhatikan oleh keempat bank terbesar seperti BCA, BRI, Mandiri, dan BNI. Walaupun saat ini masih nampak wait and see namun mereka juga mulai menjajakan diri ke arah digital untuk bersaing dengan bank mini.
Bagaimana persaingan digital yang dilakukan 4 Big Bank?
BBCA
Bank BCA melalui anak usahanya bernama BCA Digital yang sebelumnya merupakan Bank Royal. Pada 22 Juli 2021 mendatang akan secara resmi meluncurkan aplikasi digital banking bernama blu.
Bank ini akan menjalankan seluruh bisnisnya secara digital tanpa memiliki kantor cabang (branchless), dan juga ekosistemnya akan bergabung dengan Bank BCA saat ini seperti ATM BCA, dan lain-lain.
Baca Juga: Tech Boom, Benarkah Sektor Teknologi Kini Dinilai Lebih Potensial?
BBRI
Bank BRI melalui anak usahanya juga mulai menjajaki ke arah digital yaitu Bank BRI Agroniaga, yang sudah listing di bursa dengan kode AGRO.
Kerja sama dengan fintech yang sudah dilakukan adalah dengan Investree, Modal Rakyat, Payfazz, TaniHub, dan Koinworks serta akan terus dilanjutkan dengan kerja sama fintech lainnya dalam memperkuat BRI Agro sebagai house of fintech.
Ekosistem yang dimiliki BRI AGRO ini selain dari BRI, juga akan mengakselerasi dengan Pinang, yang merupakan aplikasi pionir digital loan dari tahun 2018.
BMRI
Berbeda dengan dua bank lainnya yang menginisiasi pembentukan bank digital baru. Bank Mandiri terus melakukan transformasi menjadi perbankan digital, saat ini layanan offline dan online masih menjadi satu wadah, dan menariknya sudah 97% transaksi nasabah sudah dilakukan secara digital melalui layanan e-channel.
Bank Mandiri mengusung aplikasi Livin yang meyakini kedepannya bisa menjadi superApp, saat ini beberapa fitur unggulan sudah disematkan di aplikasi seperti fitur pembayaran yang memiliki jaringan ke lebih dari 1.800 biller, dukungan pembayaran cashless lebih dari 5 juta merchant QRIS di seluruh Indonesia, kemudian fitur kontrol semua produk simpanan, pinjaman, sampai dengan kartu kredit dalam satu layar.
Baca Juga: Dikira Izin Bank Digital Nyatanya Hanya Layanan Digital, BABP Bikin Trader Meringis
BBNI
Bank BNI sudah sejak tahun 2016 mulai merambah ke arah digitalisasi dalam layanan perbankannya melalui aplikasi mobile banking, saat ini sudah sekitar 98% transaksi dilakukan melalui e-Channel, sisanya melalui kantor cabang.
Hal ini dikarenakan adanya peningkatan jumlah user mobile banking mencapai 58% di kuartal 1-2021 ini, dan frekuensi transaksi terus meningkat terkhusus di segmen konsumer.
Seiring dengan transformasi ke digital BNI akan melakukan pemetaan ulang jaringan kantor cabang yang dimiliki, seperti pembukaan, penutupan, konversi outlet konvensional menjadi syariah dan relokasi outlet. Namun diyakini hal ini tidak akan mengurangi layanan kepada nasabah.
Bank-bank besar yang bersaing menjadi digital ini memiliki kelebihan di ekosistemnya yang cukup luas dan memiliki equity base yang sudah besar dibandingkan dengan bank mini, lalu bagaimana progress bank mini menjadi bank digital?
Menurut peraturan OJK saat ini untuk menjadi bank digital yang berdiri sendiri maka membutuhkan modal inti sebesar 10 triliun, sedangkan untuk mengkonversi bank konvensional menjadi bank digital membutuhkan modal inti sebesar 3 triliun.
Untuk peraturan lebih lanjut terkait bank digital OJK akan merilis ketentuannya di awal bulan Juli 2021 ini.
Baca Juga: China Makin Tegas, Bitcoin dan Kripto Sempat Turun Lagi
Kalau kita lihat dari tabel diatas Equity base yang dimiliki bank-bank mini masih kurang dari 3 triliun, artinya akan ada potensi right issue atau aksi korporasi lagi dari perseroan untuk menambah modal inti yang menjadi syarat menjadi bank digital dari OJK.
Kemudian, kalau kita melihat rasio BOPO yang dimiliki bank-bank kecil rata-rata masih tinggi bahkan beberapa diatas 90% yang menunjukkan pengelolaan biaya operasional saat ini masih kurang efektif mengingat juga bank-bank kecil ini masih di tahap awal perkembangannya.
Karena di Indonesia rata-rata bank digital masih baru jadi masih sulit untuk kita bandingkan perkiraan mencapai profitnya bisa berapa lama. Namun, kita bisa lihat dibawah ini perbandingan perkembangan bank digital di luar negeri dalam mendapatkan profitnya ada dari 1,5 tahun sampai 2,5 tahun.
Namun, tidak menutup kemungkinan juga dalam mencapai profitabilitas bisa lebih cepat atau bahkan lebih lama dari perkiraan tersebut, membutuhkan pengelolaan dari manajemen yang efektif dan juga kita harus melihat potensi dari afiliasi dan ekosistem yang dimiliki.
Menurut data survey World Bank dibawah ini di Indonesia untuk orang yang belum memiliki rekening bank mencapai 51% dari total populasi. Hal ini menunjukkan bahwa potensi ruang bertumbuh bank digital masih sangatlah luas apalagi di kondisi pandemi saat ini ketika kebutuhan akan teknologi semakin meningkat.
Baca Juga: Tarif Cukai Tak Naik Tahun Depan, Emiten Rokok Yay or Nay?
What to do?
Jadi, sebagai investor kita masih harus selektif dalam memilih saham di sektor bank digital ini. Kita perlu analisis lebih lanjut bagaimana sinergi dari afiliasi dan ekosistem yang dimiliki, dan bagaimana bank digital ini dapat terus berinovasi dalam memanfaatkan peluang di kondisi saat ini.
Kemudian, untuk 4 Big Bank saat ini tentu saja masih menarik untuk investasi mengingat memiliki fundamental yang cukup kuat namun kita harus sesuaikan dengan money management masing-masing dan selalu awali dari start small supaya kita dapat lebih meminimalisir risiko.
Ingin tahu lebih lanjut tentang analisis saham-saham bank digital dan lainnya kamu bisa dapatkan hanya di emtrade.id. Selain itu kamu bisa dapatkan tanya jawab intensif, referensi saham, event khusus user premium, sampai webinar rutin morning dan day briefing interaktif.