“Hubungan spiritual adalah hubungan pada Allah SWT karena ini adalah perintah-Nya dan kita laksanakan. Hubungan emosional adalah suatu hubungan yang tidak kita lihat namun kita yakini. Kita tidak pernah bertemu Nabi Ibrahim AS tapi meyakini bahwa kisah ini adalah kisah nabi karena melaksanakan aturan-aturan yang diberikan Allah SWT dengan kisah Nabi Ibrahim (A.S). Hubungan social adalah ketika kita bisa berbagi dengan sesama di hari kurban,” tukasnya.
Kita harus tahu bahwa kita diciptakan ada tujuannya. Pertama adalah ibadah, kedua kholifah dan ketiga berdakwah.
“Agar ikhlas dalam berkurban, maka yakini bahwa ini adalah ibadah, perintah dari Allah SWT. Kholifah artinya menjadi pemimpin, menjadi orang yang baik dan amanah. Berdakwah artinya sedang berdakwah tentang kebenaran kisah-kisah nabi terdahulu. Bila 3 hal ini dipegang maka kita akan berkurban dengan ikhlas,” ujarnya.
Baca Juga: Surati Menag, Pemkot Makassar Minta Izin Salat Idul Adha di Jalan Raya
Kurban itu domba, kalau di Indonesia kambing. Pada saat Nabi Ibrahim (A.S) hendak menyembelih anaknya, dipanggil Allah SWT, “Wahai, Ibrahim!”, dan anaknya diganti dengan kurban yang ada disurga. Kurbanya Qabil dan Habil. Kurbannya Habil diterima, kurbannya ini yang menggantikan.
“Bahwasannya ada kambing, ada sapi. Yang lebih besar sapi, dilandasi dari pendapat ulama kalau ingin banyak sapi. Bisa bergotong royong sebanyak 7 orang. Ada yang tidak suka dengan kambing maka diganti sapi. 1 orang kambing, 7 orang satu sapi. Tapi satu orang satu sapi lebih bagus. Sesuai dengan ketentuan kurban,” tukasnya.
Kurban via online diperbolehkanm tapi harus kenal dengan panitianya. Berkurban harus tahu sasaran pembagian dagingnya kemana saja. Diberikan kepada fakir miskin dan orang-orang sengsara.
“Kurban harus kita pantau, ada lembaga-lembaga yang menyalurkan daging dengan benar jangan disalahgunakan,” ujarnya.