Palembang, Sonora.ID - Dalam hitungan hari, umat Muslim akan memperingati Idul Adha 1442 Hijriah. Apa makna hari raya ini?
Ustadz Imron Taslim, Ketua Ponpes Khazanah Kebajikan Palembang kepada Sonora (30/06/2021) menjelaskan kisah hari kurban adalah kisah pintarnya orang-orang beriman.
"Nabi Ibrahim AS saat itu meminta seorang anak dan berdoa kepada Allah SWT, dan doanya dikabulkan. Kemudian berdoa lagi, meminta agar anaknya bisa melaksanakan sholat,” ujarnya.
Ia melanjutkan, Idul Adha ada filosofi-filosofinya, pertama ujian keimanan, orang beriman diuji keimanannya, pada saat itu Nabi Ibrahim AS di uji untuk menyembelih anaknya, berbeda dengan kita, diuji dengan harta yang dimiliki untuk diinfakan.
Baca Juga: Gubernur Sumsel Ajak Masyarakat untuk Memaknai Pandemi Covid-19 sebagai Ujian
"Filosofi kedua ketaatan kita kepada Allah SWT, telah disyariatkan untuk menyembelih hewan kurban. Filosofi ketiga ketaatan kepada Allah SWT, perintah dari Allah SWT," kata dia.
Kemudian, filosofi keempat adalah memiliki jiwa social, dengan berkurban kita bisa berbagi dengan orang yang membutuhkan.
Dengan berkurban menjadi satu-satunya ibadah dan pekerjaan yang paling disukai oleh Allah SWT, dengan memotong hewan kurban sesuai ketentuan.
Dengan berkurban maka kita telah melakukan dimensi kehidupan. Pertama hubungan spiritual yang baik kepada Allah SWT. Kedua hubungan emosional yang baik dan ketiga hubungan social yang baik.
“Hubungan spiritual adalah hubungan pada Allah SWT karena ini adalah perintah-Nya dan kita laksanakan. Hubungan emosional adalah suatu hubungan yang tidak kita lihat namun kita yakini. Kita tidak pernah bertemu Nabi Ibrahim AS tapi meyakini bahwa kisah ini adalah kisah nabi karena melaksanakan aturan-aturan yang diberikan Allah SWT dengan kisah Nabi Ibrahim (A.S). Hubungan social adalah ketika kita bisa berbagi dengan sesama di hari kurban,” tukasnya.
Kita harus tahu bahwa kita diciptakan ada tujuannya. Pertama adalah ibadah, kedua kholifah dan ketiga berdakwah.
“Agar ikhlas dalam berkurban, maka yakini bahwa ini adalah ibadah, perintah dari Allah SWT. Kholifah artinya menjadi pemimpin, menjadi orang yang baik dan amanah. Berdakwah artinya sedang berdakwah tentang kebenaran kisah-kisah nabi terdahulu. Bila 3 hal ini dipegang maka kita akan berkurban dengan ikhlas,” ujarnya.
Baca Juga: Surati Menag, Pemkot Makassar Minta Izin Salat Idul Adha di Jalan Raya
Kurban itu domba, kalau di Indonesia kambing. Pada saat Nabi Ibrahim (A.S) hendak menyembelih anaknya, dipanggil Allah SWT, “Wahai, Ibrahim!”, dan anaknya diganti dengan kurban yang ada disurga. Kurbanya Qabil dan Habil. Kurbannya Habil diterima, kurbannya ini yang menggantikan.
“Bahwasannya ada kambing, ada sapi. Yang lebih besar sapi, dilandasi dari pendapat ulama kalau ingin banyak sapi. Bisa bergotong royong sebanyak 7 orang. Ada yang tidak suka dengan kambing maka diganti sapi. 1 orang kambing, 7 orang satu sapi. Tapi satu orang satu sapi lebih bagus. Sesuai dengan ketentuan kurban,” tukasnya.
Kurban via online diperbolehkanm tapi harus kenal dengan panitianya. Berkurban harus tahu sasaran pembagian dagingnya kemana saja. Diberikan kepada fakir miskin dan orang-orang sengsara.
“Kurban harus kita pantau, ada lembaga-lembaga yang menyalurkan daging dengan benar jangan disalahgunakan,” ujarnya.
Dua hari sebelum hari raya Kurban disunahkan berpuasa dan satu hari saat hari Kurban. Berbeda dengan idul fitri sebelum sholat id berbuka dulu, tapi Idul Adha subuh berpuasa dulu, berbuka setelah sholat Idul Adha.
“Saat berkurban harus jelas. Daging kurban yang disembelih boleh dimakan, tapi akan ada orang yang meminta-minta, jangan sampai kupon habis. Siapkan untuk orang yang minta-minta. Ada di Al-Quran, bahwa akan ada orang yang meminta-minta. Jangan ditolak, harus disiapkan. Jangan sampai mereka kecewa. Sudah hukumnya, semua panitia kurban harus mengetahui ayat ini,” tukasnya.