Jadi, tidak bisa dihindari bahwa ada beberapa kejadian ketika benih toxic tersebut sudah ada, namun sebagai pasangan justru membiarkan atau bahkan ‘memberi makan’ benih yang sudah ada tersebut.
Pada akhirnya, toxic relationship itu menjadi nyata dan kuat, sehingga tak lagi bisa menyalahkan satu pihak saja dalam terciptanya hubungan yang beracun.
“Kita juga yang bikin itu benih-benih toxic relationship itu ada, yang harusnya kan enggak begitu,” sambung Sivia.
Baca Juga: 3 Ciri Suami atau Istri yang Toxic, Ini Penjelasan Hipnoterapis
Bahkan dalam kesempatan yang sama, Sivia juga turut ‘mengurusi’ kehidupan sang pasangan, seperti memberikan masukan untuk karier dan aktivitasnya, padahal menurut Sivia hal itu tidak seharusnya dilakukan.
“Kayak aku enggak percaya sama dia. Padahal seharusnya, biarin saja, orang kan punya jalannya masing-masing, punya caranya masing-masing,” jelasnya menceritakan masa lalunya yang akhirnya saat ini menjadi pembelajaran bagi dirinya.
Dengan apa yang sudah dialaminya tersebut, toxic relationship tercipta karena adanya kontribusi kedua pihak yang juga turut ‘menyiram’ benih racun.
Baca Juga: Mengenal Apa Itu Toxic Positivity dan Mengapa Perlu Dihindari?