Apalagi jika ada orang yang mengantarkan sapi tersebut yang mengalami demam. Terpaksa pengiriman yang seharusnya dilakukan pada hari itu juga terpaksa ditunda selama satu bahkan dua minggu berikutnya.
Hal itu dikarenakan para pendamping atu yang mengantarkan sapi dalam pengiriman harus dipastikan negatif dari paparan Covid-19 terlebih dahulu melalui pemeriksaan lendir di saluran pernafasan manusia tersebut.
"Pengiriman sapi yang ada ini aja sudah lebih seminggu tertundanya. Gara-gara itu juga lebih 30 pelanggan saya pindah ke tempat lain," keluhnya lagi.
Ia memperkirakan, penjualan hewan kurban pada tahun ini bekal lebih sepi dibandingkan tahun sebelumnya. Sehingga Ia sedikit was-was ketika ingin menambah stok sapi.
Baca Juga: PPKM Darurat, Pelaku Perjalanan Wajib Menyertakan Kartu Vaksinasi
"Soalnya di tahun kemarin, 250 ekor sapi laku pada H-15 hari raya Idul Adha. Sekarang baru sekitar 50 ekor yang dipesan orang. Makanya kami berpikir dua kali untuk menyetok lebih banyak sapi," imbuhnya.
Keraguan itu muncul lantaran sapi yang tidak bisa terjual sampai lewat dari momen lebaran haji harganya menurun drastis. Sehingga terjadi banyak kerugian.
"Malah kerugian bisa lebih Rp 2 Juta per ekornya," tukasnya.
Menurut Pandi, penurunan permintaan sapi yang terjadi saat ini kemungkinan dikarenakan adanya larangan berkumpul oleh pemerintah setempat.