Palembang, Sonora.ID – Provinsi Sumatera Selatan ditetapkan sebagai penyanggah ketahanan pangan nasional.
Terkait hal tersebut, Ir. Ruzuan Efendi, M.M, Plt. Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumsel dalam acara The Voice of People (07/07/2021) mengatakan bahwa sangat wajar Sumsel ditetapkan seperti itu, mengingat sumsel adalah lumbung pangan nasional dan juga program-program pemerintah yang banyak berfokus pada sektor pertanian.
“Produksi pertanian Sumsel nomor lima di Indonesia. Dari dasar itu, kita wajib jadi penyangga ketahanan pangan nasional. Dan dengan program pemerintah sekarang, gubernur ingin Sumsel kembali ke alam pertanian, semua sektor pertanian ditingkatkan,” ujarnya.
Baca Juga: Sineas Sumsel Terkendala Dana Untuk Mengangkat Destinasi Wisata Sumsel
Ia menambahkan ketahanan pangan tidak hanya sebatas dari sektor pertanian saja tapi terintegrasi dengan sektor lain meliputi perkebunan, peternakan, perikanan dan program-program lain untuk meningkatkan target sebagai lumbung pangan.
“Dengan lumbung pangan maka ketahanan pangan akan kuat dan sudah terbukti dari beberapa komoditi sumsel surplus. Beras, ayam, telor, daging sapi juga surplus. Hanya saja sapi perlu ditingkatkan agar bisa produksi sendiri,” pungkasnya.
Ia menjelaskan sumsel memiliki sentra-sentra produksi beras yang banyak, hampir semua kabupaten menghasilkan beras. Banyuasin adalah lumbung nasional beras nomor empat di Indonesia. Oku Timur nomor empat belas, OKI, Musirawas, OkuSelatan, OI, dan Muba adalah daerah penghasil beras.
“Kabupaten lain juga bisa memenuhi kebutuhan mereka sendiri walaupun tidak surplus,” ujarnya.
Ia mendorong agar para petani mengubah mindsetnya bahwa tanpa petani kita tidak bisa apa-apa sehinga fasilitas-fasilitas yang ada dalam bertani harus ada, mulai dari benih, pupuk, alat pengolahan tanah bisa diperoleh dengan mudah.
Ia juga menjelaskan bahwa stok pangan seperti beras, daging, telur mencukupi dalam menghadapi PPKM, namun masyarakat diharapkan bisa mengusahakan sendiri produk-produk pertanian yang sederhana seperti cabai dan lain-lain karena dapat mengurangi biaya konsumsi.
“Menghadapi PPKM stok cukup dan tidak ada kenaikan harga. Masyarakat bisa mengusahakan sendiri missal menanam cabai di polybag, berapa banyak kebutuhan sehari-hari? Dua sampai 3 polibag cukup. Bila bisa memproduksi sendiri tentu akan mengurangi biaya dan ikut menanamkan nilai gizi dengan produk kita sendiri sehingga stunting tidak ada. Semoga ada hikmah dibalik ini,” tandasnya.
Baca Juga: Lawan Covid-19, 60 Persen Pelaku Wisata di Sumsel Telah Divaksin