Banjarmasin, Sonora.ID - Dalam sepekan terakhir, kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Kota Banjarmasin mulai merangkak naik.
Kondisi ini pun semestinya, menjadi alarm bagi warga Kota Banjarmasin.
"Ini jadi peringatan dini untuk masyarakat Kota Banjarmasin. Karena yang terpapar Covid-19 sangat tinggi," ucap Machli Riyadi, Kepala Dinkes Kota Banjarmasin, saat dikonfirmasi Smart FM Banjarmasin, melalui sambungan telepon.
Ia pun lagi-lagi mengimbau, agar warga lebih bisa disiplin dalam menjalankan prokes ketat. Kemudian sebagai langkah konkrit penanganan pandemi, pihaknya juga tengah gencar mengadakan vaksinasi.
Baca Juga: Hadapi Ancaman Varian Virus Tanpa Persiapan Khusus, Dinkes Banjarmasin Sebut Belum Ada Temuan
Machli menyebut, dalam sehari sebanyak 26 puskesmas di Kota Banjarmasin setidaknya ditargetkan memvaksin sebanyak 3.200 orang.
"Itu upaya kami agar terbentuknya herd immunity atau kekebalan kelompok," tambahnya.
Di sisi lain. Tingginya angka kasus terkonfirmasi positif umumnya juga disebabkan lantaran gencarnya testing yang dilakukan.
Terkait hal itu, Machli menjelaskan bahwa testing memang digencarkan melalui rapid test antigen maupun swab. Dalam sehari saja, pihaknya bisa melakukan testing sebanyak 50 sampai 100 orang perhari.
"Testing kita melebihi standar WHO," klaimnya.
Baca Juga: Walaupun Tak Mudah, ODGJ di Banjarmasin Tetap Di Vaksin
Namun, upaya testing yang dilakukan Satgas Covid-19 Kota Banjarmasin, menjadi catatan Anggota Tim Pakar Covid-19 di Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Hidayatullah Muttaqin.
Ia menilai, meski jumlah testing di Kota Banjarmasin sudah memenuhi standar WHO yakni minimal tes 1/1.000 penduduk per pekannya. Namun, dari hasil tes yang dilakukan juga menunjukkan masih tingginya tingkat penularan yang terjadi.
Sebagai gambaran. Ia menjelaskan, data jumlah test per pekannya di Kota Banjarmasin, pada tanggal 7 Juli mencapai 2.121 kali. Hanya saja angka positivitasnya juga bertambah yakni sebanyak 25,7 persen.
Padahal dua pekan sebelumnya, atau 24 Juni lalu tingkat positivitas di Kota Banjarmasin masih berada di titik 14,35 persen.
Baca Juga: Sudah Sejauh Mana Vaksinasi Covid-19 Guru di Banjarmasin? Cek Faktanya
Sementara bila mengambil patokan kriteria WHO, tingkat penularan bisa dikatakan rendah jika dalam dua pekan berturut-turut angka positivitasnya 5 persen ke bawah.
"Maka di tengah penularan yang sedang masif ini jumlah testing harus digenjot sebanyak-banyaknya dan tidak dibatasi oleh standar minimal 1/1000 penduduk per minggu," sarannya.
Bukan tanpa alasan hal itu dilakukan. Ia menilai, tes sebanyak-banyaknya diperlukan untuk memastikan seorang warga telah terinfeksi COVID-19 atau tidak.
Baca Juga: Susah Payah Capaian Vaksin Lansia, Dinkes Banjarmasin Bakal Kejar Kampung Ke Kampung
"Sehingga jika ada yang positif maka segera dilakukan tindakan isolasi untuk mencegah warga tersebut menjadi pembawa virus ke warga lainnya," ucapnya.
Kemudian, yang juga perlu menjadi catatan yang tak kalah penting lainnya, yakni perihal keberhasilan testing yang sangat tergantung pada upaya tracing atau pelacakan terhadap orang-orang yang pernah dekat dengan orang yang diduga menderita penyakit menular
Artinya, jika pelacakan masih rendah, maka penduduk yang berpotensi telah tertular dari orang yang sudah dinyatakan positif, sangat mungkin menjadi pembawa bibit virus di masyarakat.
Baca Juga: Segala Cara Kejar Target Vaksinasi, Dinkes Banjarmasin Sasar Tempat Ibadah
"Terulang begitu seterusnya sehingga pertumbuhan kasus pun bersifat eksponensial," bebernya.
Muttaqin pun lantas mengutip data asesmen situasi COVID-19 Kemenkes RI untuk Kota Banjarmasin, per 7 Juli. Di situ, diketahui, bahwa bahwa hasil penelusuran kontak erat per pekannya sangat minim. Hanya mencapai 0,14 orang.
"Padahal, tracing baru bisa dikatakan memadai jika rasio kontak erat mencapai 15 orang ke atas," jelasnya.
Lebih lanjut, Muttaqin pun berpesan agar pemerintah tak alergi dengan banyaknya melakukan pelacakan. Bahkan, dengan melonjaknya kasus terkonfirmasi positif.
Baca Juga: Segala Cara Kejar Target Vaksinasi, Dinkes Banjarmasin Sasar Tempat Ibadah
"Itu prestasi bagus. Dengan begitu potensi penularan yang lebih besar dapat dicegah, karena yang terinfeksi cepat terdeteksi sehingga bisa segera diisolasi," sarannya.
Menanggapi persoalan pelacakan yang masih kurang, Juru Bicara Satgas Covid-19 Kota Banjarmasin, Machli Riyadi tak menampiknya.
Pihaknya mengaku tengah menghadapi kendala lantaran ada perubahan kewenangan pelacakan. Bila sebelumnya tracking dan tracing dilakukan oleh pihak Dinas Kesehatan (Dinkes) sudah tidak ada lagi.
"Dari kemenkes, yang menangani tracking dan tracing itu diserahkan kepada pihak Babinsa atau Bhabinkamtibmas," ucapnya.
Baca Juga: Dinkes Banjarmasin Sebut Vaksin Covid-19 Belum Expired
Ia pun menjelaskan, perubahan kewenangan juga membuat pihaknya tak lagi bisa merekrut orang-orang untuk melakukan tracing.
"Dulu kami umumnya merekrut tenaga kesehatan (nakes) dan pendanaannya bersumber pada APBN. Tapi di tahun 2021, hal itu tak lagi dilakukan. Ada perubahan peraturan. Jadi sebaiknya, pertanyaan itu ditanyakan ke babinsa atau bhabinkamtibmas saja," sarannya.
Namun terlepas dari adanya perubahan kewenangan itu, dari hasil analisa yang dilakukan pihaknya, lantaran kasus yang terkonfirmasi sedikit, maka kontak erat yang ditemukan dari hasil tracing pun memang sangat sedikit.
"Artinya, memang kasus kita yang tidak banyak," kilahnya.
Baca Juga: Warga Pertanyakan Rekomendasi Dinkes Banjarmasin Soal RT-Antigen