“Kita harus aware, bahwa takut itu memang bagian dari kita, kita enggak bisa hilangkan. Ada orang yang ingin hilangkan, enggak bisa! Kita butuh kok rasa takut itu. Tanpa rasa takut kita semua sudah tidak ada di bumi,” tegas Hingdranata.
Rasa takut itu datang ketika seseorang menghadapi sesuatu yang dianggap sebagai ancaman, maka ketika seseorang tidak punya rasa takut orang itu bagaikan menantang maut.
Misalnya, ketika orang tidak takut dengan mobil yang berlaju kencang, ia bisa jadi bertabrak mobil tersebut lalu meninggal.
Baca Juga: Merasa Khawatir dan Takut dengan Kehidupan? Pelatih NLP: Wajar, Tapi…
“Kita harus punya rasa takut, tetapi persoalannya bagaimana bersikap dan merespon dengan bijaksana. Gimana cara kita bersikap saja ketika takutnya muncul,” sambungnya.
Respon yang bijaksana tersebut hanya bisa keluar dan tercipta ketika orang yang takut itu tetap bisa mengambil waktu sejenak untuk menenangkan diri.
Dengan demikian, ia akan bisa melihat dari sudut pandang yang berbeda untuk bisa bersikap bijaksana dalam merespon rasa atau emosi takut tersebut.
Baca Juga: Bangkit dari Kondisi Pandemi, Ernest Prakasa: Saya Takut Gagal? Pasti