Bank Mandiri (BMRI) dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI)
Tren modal ventura milik bank besar mencuat pada 2017. Selain BBCA, BMRI dan BBRI juga mengembangkan bisnis tersebut. Dengan modal ventura itu, para bank bisa memperluas ekosistemnya dengan kolaborasi bersama perusahaan teknologi yang diberikan pendanaan lewat perusahaan modal venturanya tersebut.
Bank Mandiri membuat Mandiri Capital Indonesia didirikan pada 2015. Kini, perusahaan modal ventura itu sudah memiliki beberapa portofolio investasi startup teknologi seperti, Mekari, Cashlez, Amartha, Privyid, PTEN, Gojek, Halofina, Bukalapak, Koinworks, Iseller, Investree, LinkAja, Crowde, dan Yokke.
Begitu juga, BRI Ventures yang baru didirikan pada 2019. Kini, BRI Ventures sudah berinvestasi di beberapa peer to peer lending dan startup fintech lainnya seperti, Tanihub, Ayoconnect, Linkaja, Modalku, Investree, Nium, Payfazz, Bukalapak, dan Awantunai.
Baca Juga: Terus Turun, Bagaimana Sebenarnya Kinerja UNVR?
Khusus saham Gojek, Mandiri Capital mendapatkan saat Gojek mengakuisisi Moka, startup point of sale. Jadi, saat Gojek akuisisi Moka, ada share swap ke Mandiri Capital yang merupakan investor dari Moka. Nilai akuisisi Moka oleh Gojek pun nilainya dirahasiakan.
Lalu, dalam investasi ke Bukalapak, Mandiri Capital dan BRI Ventures masuk dalam putaran pendanaan Bukalapak senilai Rp3,27 triliun yang dipimpin oleh Microsoft, GIC, dan Emtek.
Menurut prospektus IPO Bukalapak, BRI ventures memegang 181,04 juta lembar saham Bukalapak, sedangkan Mandiri Capital Indonesia memegang 53,24 juta lembar saham Bukalapak.
Jika dihitung menggunakan rentang bawah harga IPO Bukalapak senilai Rp750 per saham, nilai yang dimiliki Mandiri Capital senilai Rp39,93 miliar, sedangkan BRI Ventures senilai Rp135,78 miliar.
Telkom
Telkom sempat didera isu zona nyaman dan minim inovasi karena mayoritas laba bersih didapatkan dari Telkomsel, anak usaha milik perseroan dan juga perusahaan Singapura Temasek.
Namun, perusahaan telekomunikasi pelat merah itu juga punya modal ventura, yakni MDI Ventures yang memiliki 54 portofolio startup yang didanai seperti, Si Cepat, Kredivo, Cermati, dan lainnya.
Di luar MDI Ventures, Telkom juga berinvestasi di Gojek via Telkomsel. Nilai investasi operator milik Telkom dan Temasek itu ke Gojek tembus Rp6,4 triliun dalam dua tahap. Pada tahap pertama, Telkomsel gelontorkan Rp2,1 triliun pada 2020, sedangkan tahap kedua senilai Rp4,3 triliun pada 2021.
Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 di Indonesia Lancar, Ekonomi Dinilai Makin Positif
Adapun, Telkom justru memutuskan untuk tutup Blanja.com pada 2020 dengan alasan ingin mengubah strategi bisnis e-Commerce menjadi ke korporasi dan UMKM.
Kabarnya, Telkom lagi menyiapkan platform PaDi alias Pasar Digital. Rencana pengembangan itu pun didukung pindahnya salah satu pendiri Bukalapak Fajrin Rasyid ke Telkom sebagai direktur.
Sebagai catatan, Blanja.com adalah e-Commerce Telkom yang dikembangkan lewat kerja sama dengan e-Bay. Namun, secara GMV, pencapaian Telkom kalah jauh dibandingkan dengan Tokopedia, Shopee, Lazada, maupun Bukalapak.
Astra International (ASII)
Harga saham Astra International (ASII) memang lagi berada di posisi rendah, tetapi bukan berarti perseroan tidak melakukan transformasi digital apa-apa. Ada tiga cara yang dilakukan ASII, yakni membuat produk sendiri secara in-house, kolaborasi, dan investasi.
Untuk produk sendiri, ASII fokus mengembangkan produk digital yang tidak jauh dari otomotif, tetapi juga ada sektor keuangan. ASII sudah membangun beberapa produk digital seperti, SEVA, Sejalan, Movic, CariParkir, AstraPay, Moxa, Digiroom, dan lainnya.
Lalu, untuk produk kolaborasi, Astra bekerja sama dengan Welab untuk membuat fintech bernama MauCash.
Kemudian, untuk investasi, ASII sudah menggelontorkan sekitar 250 juta dolar AS pada medio 2018 dan 2019 ke Gojek. Saat itu, valuasi Gojek sekitar 3 miliar - 5 miliar dolar AS. Tak hanya investasi, Astra juga berkolaborasi dengan Gojek untuk membuat Gofleet pada 2019.
Baca Juga: Netflix Jadi Investor Baru Vidio, Bagaimana Analisisnya?
Berikut aksi 5 big caps dalam transformasi digital, bisa dibilang beberapa diantaranya sudah mulai sejak beberapa tahun silam. Namun, hasilnya memang ada yang baru terlihat sekarang atau masih dalam proses.
Menarik adalah investasi para big caps ke startup teknologi yang melihatnya sebagai forward looking. Potensi ekosistem yang bisa dikolaborasikan menjadi jalan pintas para perusahaan konvensional untuk bertransformasi digital lebih cepat.
Nah, mau tahu gimana analisis saham secara teknikal dan tren saham digital saat ini?
Yuk gabung VIP user Emtrade. Dengan menjadi VIP user Emtrade, kamu bisa mendapatkan konten edukasi, konten analisis, research report, tanya jawab intensif, seminar rutin, referensi saham, dan webinar setiap morning serta day briefing sebelum perdagangan dimulai.
-Dibuat oleh tim Emtrade-