Barang-barang bagus, lokasi liburan, hingga makanan di restoran yang kerap dipamerkan seseorang di media sosial, menurut Adella dianggap sebagai pelengkap kepribadian.
Ketika seseorang mampu membeli barang-barang mahal, ia berharap gengsinya akan naik di lingkungannya. Apalagi kalau banyak teman-teman di media sosial yang merasa kagum dan iri.
Fenomena seperti itu kemudian ditangkap oleh dunia bisnis sehingga lahirlah konsumerisme. Setiap produk yang baru ditawarkan sebagai gaya hidup modern dan langsung ditangkap oleh konsumen tanpa berpikir panjang.
Baca Juga: Cara Bijak Gunakan Media Sosial, Digipreneur: Kita Harus Sadar!
Ingin terkenal
Menurut Adella, ketenaran memang bukan lah sesuatu yang salah. Namun, tiap orang ingin diakui dan hal itu bisa memberikan kepuasan psikologi.
Kecenderungan tersebut juga dimiliki oleh semua usia.
Sebagai orangtua kita bisa mengajarkan pada anak bahwa kepopuleran seseorang seharusnya didapat karena prestasinya.
"Bimbing anak mendapatkan role model yang bisa mencapai ketenaran dengan skill-nya, bukan atribut benda-benda," kata Adella.
Jika anak senang dengan baju-baju bagus, kita bisa mendorongnya lebih produktif dengan menumbuhkan jiwa wirausahanya.
"Gali minat wirausaha anak, misalnya membuat produk sendiri dengan nama dia," katanya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengapa Banyak Orang Suka Pamer dan Narsis di Media Sosial?"