"Baru mulai, sedang dikerjakan mudah-mudahan tahun jamak 22 November 2022 sudah selesai. Kedua kami juga mengajukan pengadilan agama, juga BLK. Anggaran kami tidak ada, tapi bagaimana pusat bisa masuk ke Prabumulih," tukasnya.
Ia mengatakan bahwa Dirinya dalam membangun sebuah kota menyesuaikan dengan kelebihan apa yang dimiliki kota tersebut.
Sebab Tuhan memberikan kelebihan sebuah area berbeda-beda. Prabumulih kaya akan gas alamnya, Bali kaya dengan sumber daya alamnya, Oku Selatan kaya dengan alamnya, begitu juga dengan Pagar Alam.
Membangun Prabumulih tentu sesuai dengan kelebihannya tadi, sebab bila memaksakan diri tidak akan optimal.
Baca Juga: Gubernur Sumsel: MTQ Lebih Dari Sekadar Kegiatan Syiar Keagamaan
"Gas kota, masyarakat Prabumulih pemasangannya gratis, sekarang mereka menikmati 100% gas alam. Kami mencoba membangun Akamigas, untuk mendorong orang datang ke Prabumulih. Destinasi wisata tidak hanya sebatas laut, pantai, tapi juga pendidikan. Sambil menikmati Akamigas kita siapkan destinasi buatan seperti museum, kebun nanas, fly over dan lain-lain," ujarnya.
ia menambahkan sebetulnya banyak potensi yang bisa digali di Prabumulih, namun dirinya tidak mau gegabah dalam mengelola potensi yang ada sebab ada kemungkinan bisa merusak kelestarian alam.
" Sebetulnya Prabumulih kaya akan batubara, menggalinya cukup sepuluh tahun saja, tapi kerusakan alam yang diakibatkannya bisa mencapai seratus tahun lebih. Kami lebih memilih ke potensi yang ada, dan tidak merusak alam. Menggali PAD dengan yang ada seperti nanas, gas alam, UKM, itu yang sedang digalakkan. Kami memiliki prinsip menyelesaikan masalah namun tidak meninggalkan masalah. Masyarakat bisa sejahtera," tukasnya.
Baca Juga: Kiat Sukses Prabumulih Berhasil Raih Predikat WTP 8 Kali Berturut-turut