“Berita apa pun harus ada data. Bila tidak ada maka jangan cepat percaya. Jangan terjebak! Banyak ruginya. Selain data, lihat juga siapa yang menyampaikan, apakah kompeten? misal tentang covid, apakah seorang dokter yang menyampaikan? Bila bukan, tanyakan dulu dapat dari mana? Alasannya apa? Menyebarkannya harus hati-hati, jangan sampai kita jadi bagian dari fitnah. Akibatnya kita stress karena tertekan. Covid menyerang bila karena kita stress,” tukasnya.
Ia mengatakan bahwa penyebar berita bohong banyak kepentingannya. Ada yang sengaja atau pun karena kebosanan tadi. Yang sengaja menyebar berita bohong adalah karena mereka ingin menjual produk. Yang iseng karena bosan dirumah saja selama pandemi.
Baca Juga: Tips & Trik Menanggapi Banyaknya Berita Hoax pada Media Sosial
“Masyarakat perlu diingatkan jangan mudah sensitif. Aparat juga jangan terlalu cepat bertindak. Masyarakat perlu diedukasi dan dicerahkan bahwa menyebar berita bohong dapat terjerat undang-undah ITE,” ujarnya.
Ia menghimbau agar masyarakat lebhi hati-hati ketika menerima sebuah berita. Cek dahulu siapa pengirimnya apakah punya kompetensi atau tidak. Bila ragu cermati lagi dan cari tahu melalui internet. masyarakat juga harus tenang dan sabar ditengah kondisi pandemi ini, jangan sampai terjebak masalah dibelakang dan tetap menjaga kesehatan.