Hanya saja, menurut Herawanto, saat ini Indonesia lebih banyak menjadi pelaku masif. Potensi pasar syariah Indonesia lebih banyak menjadi konsumen ketimbang menjadi pelaku.
"Oleh karenanya, kami berupaya kolaborasi dengan berbagai lembaga untuk pengembangan terbentuknya ekosistem syariah. Seperti mendorong lahirnya pelaku usaha yang bergerak pada produk syariah seperti fesyen. Termasuk mendorong pesantren terdigitalalisasi menggunakan QRIS atau lainnya. Total telah ada 65 pesantren yang menjadi binaan Bank Indonesia," ucap Herawanto.
Sementara itu, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dalam sambutannya mengungkapkan bahwa jumlah penduduk Jabar yang besar dengan mayoritas muslim semestinya menjadi potensi untuk pengembangan ekonomi syariah. Sehingga ekonomi syariah bisa ikut mendorong recovery atau pemulihan ekonomi di saat pandemi COVID-19.
Baca Juga: Kunjungi Balaikota Makassar, BI Sulsel Kagumi Konsep Pemerintahan
"Jabar memiliki jumlah penduduk cukup besar dengan mayoritas muslim. Maka, potensi ini harus dimanfaatkan untuk pengembangan ekonomi syariah. Termasuk bagaimana memaksimalkan potensi yang ada hadapi pandemi ini," ungkap Gubernur.
Menurutnya, masyarakat Jabar membutuhkan dukungan keuangan syariah agar ekonomi Jawa Barat semakin maju.
Bentuk dukungan bisa dilakukan dalam berbagai hal seperti pembiayaan syariah dan dukungan pengembangan produk syariah melalui program one pesantren one produk (OPOP).
Baca Juga: Bank Indonesia Memperluas Kemudahan Menukarkan Uang Rp 75.000