“Tapi sebenarnya hal ini masih bisa diakali. Misalnya kalau sebelum pandemi gaji orang tuanya masih 100 persen anak masih bisa makan daging sapi, kalau misalnya berkurang, anak bisa makan daging ayam yang lebih murah atau bisa turun lagi ke ikan atau telur,” sambungnya.
Bahkan, ketika tidak ada biaya sama sekali untuk memenuhi nutrisi anak dengan protein hewani, bisa juga menggunakan protein nabati, seperti tahu, tempe, dan kacang-kacangan.
Namun, tetap perlunya modifikasi saat memberikan protein nabati kepada anak, yaitu dengan menambahkan asupan vitamin C misalnya sayur atau buah, bersamaan dengan protein nabati tersebut.
Baca Juga: Stunting di Karawang Hingga 13 Persen, Ini Kunci Mencegah Stunting
“Supaya penyerapan zat gizinya, terutama zat besinya, meningkat jauh. Jadi masih bisa diakali,” tegas dr. Santi.
Meski terganggu secara nutrisi, namun karena pandemi yang membatasi aktivitas di luar rumah, anak menjadi memiliki banyak waktu dengan orang tuanya.
Hal ini bisa mencegah stunting dari sisi psikososial dengan adanya interaksi yang aktif antara anak dengan orang tuanya di rumah.
Baca Juga: Menko PMK : Diet Berlebihan Ganggu Kesuburan Wanita dan Picu Stunting