Banjarmasin, Sonora.ID - Buangan limbah air baku PDAM Bandarmasih yang mengalir ke sungai kuripan, dikeluhkan oleh warga setempat.
Paling akhir, adalah warga Cempaka Putih, RT. 5 dan RT. 9, Kel. Kebun Bunga, Kec. Banjarmasin Timur.
Dari hasil pantauan Smart FM Banjarmasin di lapangan, Kamis (22/07) siang, warna air di sungai Kuripan tampak berwarna kekuning-kuningan dan berlumpur.
Itupun sudah dilakukan oleh warga setempat, dibuktikan dengan banyaknya karung-karung yang tersusun di sisi anak sungai, yang isinya ternyata adalah lumpur, sisa dari air baku PDAM Bandarmasih.
Baca Juga: Bukan Dicabut, Kenaikan Biaya Meter Air Cuma Ditunda, PDAM Bandarmasih Diberi Opsi Efisiensi
"Warga inisiatif sendiri gotong royong membersihkan. Airnya jadi terlihat keruh dan bercampur lumpur. Sudah sekitar 10 tahunan kondisinya seperti ini," ucap Suhadi, Warga RT. 5, saat dikonfirmasi awak media, Kamis (22/07) siang.
Tak banyak yang diinginkan pria berusia 72 tahun tersebut.
Ia hanya berharap agar pembuangan limbah dari produksi air baku PDAM Bandarmasih ini tidak dibuang ke sungai Kuripan.
"Kami harap ada lah juga turun dari PDAM Bandarmasih melakukan. Paling tidak selamanya. Jangan berharap orang kampung saja. Selama ini kami terus yang bergerak," katanya.
Baca Juga: Kekeh! Kenaikan Biaya Meter Air PDAM Bandarmasih Diberlakukan
Hal senada Ketua Rukun Tetangga (RT) 9, Syarif Jalaluddin.
Ia mengatakan deposit lumpur limbah dari pengolahan air PDAM Bandarmasih itu sudah terjadi lebih dari lima tahun terakhir.
"Sempat dilakukan di beberapa kawasan. Tapi, itu terlebih dahulu. Dan selamat lima tahun kemudian, tak ada lagi yang dilakukan," tulisnya.
Menurutnya, satu-satunya cara penanganan terbaik adalah dilakukan pengerukan dan perbaikan saluran limbah lumpur PDAM Bandarmasih.
Jika tidak, maka endapan lumpur bakal terus terjadi dan meninggi.
Baca Juga: Antara Sah Atau Belum. Perihal Kenaikan Sewa Meter PDAM Bandarmasih Rancu
"Kalau banjir, ya imbasnya limbah lumpur itu masuk rumah warga lagi," tekannya.
Dikonfirmasi terpisah, Senior Manajer Produksi dan Distribusi, Walino membantah bahwa membuang sampah dengan sengaja limbah lumpur bahan baku pengolahan air itu.
Ia mengatakan, bahwa endapan lumpur itu merupakan limpasan dari penampungan atau instalasi yang tersedia di PDAM Bandarmasih.
"Seiring dengan jumlah produksi, bak penampungnya jadi meluber. Penampungan itu dua kali dibenahi. Tapi belum mampu menangani luberan," jelasnya kepada Radar Banjarmasin, Bersama Humas PDAM Bandarmasih, kemarin (22/07) siang.
Senada dengan Nor Wakhid, yang mengklaim bahwa sebenarnya tidak ada permasalahan pada sisa limbah lumpur itu. Pasalnya, di PDAM Bandarmasih sendiri sudah ada instalasi pengolah untuk lumpur atau sisa air buangan.
Bahkan klaimnya lagi, hampir dua jam sekali pihaknya mengangkut lumpur di instalasi itu menggunakan mobil tangki.
Baca Juga: Bukannya Prihatin, Sewa Meter PDAM Bandarmasih Justru Naik! Borneo Law Firm Ancam Lakukan Ini
"Seperti yang dikatakan tadi. Kalau kami turunkan jumlah produksi air bersih, yang teriak masyarakat juga. Sementara bila dinaikkan, luberan akan terjadi," tekannya.
Lantas bagaimana terkait penanganan limbah lumpur di sungai itu? Benarkah yang dikatakan warga tak pernah terjadi.
Terkait hal itu, Wakhid membantahnya, begitu juga dengan tudingan bahwa limbah lumpur itu mengeluarkan bau tak sedap.
"Dalam lima tahun tak ada tindakan rasanya kurang tepat. Karena di tahun ini saja di bulan Juli ada pengerukan. Nanti, di bulan Desember juga kembali dilakukan. Lumpur itu juga tidak bau. Yang membuat bau karena ada sampah-sampah di sungai," ucapnya.
Baca Juga: Dapat Restu Owner, PDAM Bandarmasih Naikkan Biaya Meter Air
"Kami juga ada dana CSR untuk kegiatan normalisasi sungai," tambahnya lagi.
Lebih jauh, Wakhid juga mengatakan bahwa pihaknya masih berharap adanya penyertaan modal. Di mana dananya bisa dipakai untuk pengadaan atau pembangunan teknologi pembersihan limbah lumpur itu.
"Teknologinya ada, cuma dananya yang tidak ada. Kalau tahun ini ada biayanya, maka kami bisa menambah lagi instalasi atau alat de counter sehingga mengurangi luberan dan terbuang ke sungai," jelasnya.
Ditanya terkait berapa dana yang diperlukan untuk pembangunan hingga pengadaan instalasi itu, kembali ke Walino, ia menyebut setidaknya dana yang dibutuhkan mencapai Rp4 miliar.
"Kami juga mengajak warga agar bersahabat dengan alam. Agar bahan baku air kian bersih," tutupnya.
Baca Juga: Personil TNI Dibekali Pelatihan Sebelum Ganti Meteran PDAM Makassar