Sejak tahun 2018, Ia mencoba memproduksi kukis talipuk dengan harapan dapat menjadi pilihan jajanan baru anak muda yang cenderung lebih suka dengan hal-hal yang modern.
“Kalau wadai talipuk biasa anggapannya kan lebih ke selera orangtua, sedangkan anak muda sekarang ini lebih penasaran dengan kue-kue kekinian,” ungkapnya ketika ditemui Smart FM saat pameran Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Banua di Banjarmasin, baru-baru ini.
Selain itu, penggunaan bahan dasar talipuk juga sebagai bagian dari advokasi untuk pelestarian rawa yang banyak terdapat di daerah tersebut.
Baca Juga: UMKM Denpasar Harus Bangkit, Walikota: Digital Marketing Solusi saat Pandemi
“Ini kita olah dari hilirnya dulu dengan harapan nanti di hulunya tumbuh, jadi rawa lebih lestari dan bahan pangan lokal juga lebih dikenal,” tambah Enik yang juga menjelaskan bahwa produk olahannya ramah lingkungan. Baik dari bahan maupun proses produksinya.
Ia mengakui jika ada kendala yang dialami, terutama saat memasarkan produk kukis talipuk di pasaran di awal produksi. Seperti masih adanya stigma di masyarakat yang cenderung menilai talipuk sebagai makanan murah dan hanya disukai oleh orangtua saja.
Padahal dari segi rasa, olahan dari bahan tersebut mampu bersaing dengan bahan-bahan lainnya, apalagi jika diolah dengan baik.
Baca Juga: Ombudsman Jateng Soroti Penanganan UMKM oleh Aparat selama PPKM Terlalu Kasar