Palembang, Sonora.ID - Faktor ekonomi hingga kini masih menjadi penyebab tingginya tingkat eksploitasi anak di Kota Palembang.
Hal ini diungkapkan, Kabid Perlindungan Anak Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Kota Palembang, Hasnil Mazraah ketika diwawancarai, Senin (26/07).
Hasnil mengatakan, rendahnya perekonomian keluarga membuat banyaknya anak-anak berkeliaran di jalanan, meskipun belum dapat dipastikan apakah hal tersebut termasuk kasus eksploitasi anak atau keinginan dari anak itu sendiri.
Ia menambahkan, pihaknya tidak dapat membeberkan secara detail jumlah kasus eksploitasi anak di Kota Palembang, namun apabila melihat fakta di lapangan dapat dipastikan kasus eksploitasi anak di Palembang mengalami peningkatan.
Baca Juga: Dugaan Ekspolitasi Anak Badut Jalanan di Banjarmasin, Diklaim Belum Terpenuhi
“Untuk jumlahnya kami secara detail tidak ada, karena yang melaporkan itu lebih banyak pada kasus kekerasan bukan eksploitasi, bahkan kita belum menerima laporan secara langsung terkait kasus eksploitasi yang dilakukan orang tua terhadap anak. Tapi kalau kita lihat fakta di lapangan, anak-anak jalanan bertambah banyak di masa pandemi ini, sehingga perlu kerjasama dengan lintas sektor,” ujarnya.
Sebagai upaya meminimalisir terjadinya kasus ini, lanjut Hasnil, pihaknya menerima pengaduan dari masyarakat apabila ditemukan kasus eksploitasi terhadap anak.
“Kami menerima pengaduan apabila ada pelaporan terkait eksploitasi anak, apabila tidak ditemukan adanya kasus eksploitasi kami tentunya juga terus memperhatikan hak-hak anak apakah terpenuhi atau tidak, seperti haknya di bidang pendidikan,” katanya.
Baca Juga: Badut Jalanan Didominasi Anak-Anak, Satpol PP: Ada Indikasi Eksploitasi Anak
Sementara itu, Direktur Eksekutif Women’s Crisis Centre (WCC) Palembang, Yeni Roslaini Izy Women’s Crisis Centre (WCC) Palembang menilai, kasus eksploitasi anak secara ekonomi masih sangat terlihat di wilayah Sumsel terutama Kota Palembang.
“Fakta di lapangan saja yang sering terlihat, masih banyak modus yang kita temukan di rambu-rambu lalu lintas, memanfaatkan waktu dan tenaga anak-anak untuk mengemis, ngamen, manusia silver, dan modus-modus lainnya. Dan yang mirisnya lagi adanya keterlibatan orangtua dalam kasus ini, dengan tujuan meraup keuntungan secara materil,” katanya.
Sebagai upaya pencegahan agar hal ini tidak lagi terjadi, lanjut Yeni, pihaknya terus mendorong Dinas terkait melakukan penyuluhan dan bekerjasama dengan aparat penegak hukum untuk melakukan upaya preventif dan melihat secara langsung kondisi yang terjadi saat ini.
“Kasus eksploitasi anak yang dilakukan secara terang-terangan serta perlakuan kekerasan seksual secara online membuat kami mendorong agar Dinas PPPA dan Komnas Perlindungan Perempuan Anak agar dapat melakukan pemantauan dan rehabilitasi,” pungkasnya.
Baca Juga: Satu Hal Penting, Membuat Anak Bahagia Selama Belajar di Rumah