Banjarmasin, Sonora.ID - Petugas penggali hingga penutup tanah pemakaman khusus jenazah Covid-19 mengeluhkan tak adanya bantuan vitamin, hingga alat pelindung diri (APD).
Padahal, tak mudah bekerja sebagai petugas penggali hingga penutup tanah makam khusus jenazah Covid-19, Dalam sehari, bisa saja mereka menguburkan tiga hingga empat jenazah sekaligus. Alhasil, stamina tentu terkuras.
"Dulu awal-awal pandemi, ada bantuan vitamin dan APD. Sekarang tidak ada lagi. Upaya menjaga kesehatan tubuh sekarang masing-masing tanggung sendiri," keluh Sabirin, Ketua TPU Pemko Banjarmasin, saat dihubungi awak media melalui sambungan telepon, Jum'at (30/7) siang.
Ia menerangkan, semestinya selain memelihara makam, pekerjaan mereka hanya menggali dan menutup lubang makam. Namun pada kenyataannya, mereka pula yang menurunkan peti jenazah Covid-19 dari mobil ambulans.
Baca Juga: TPU Hampir Penuh, Pemkot Palembang Siapkan TPU Alternatif
"Pekerjaan kami ini jadi bertambah risikonya. Karena tidak ber-APD. Sementara ini, kami hanya pakai masker," tambahnya.
Di sisi lain, Sabirin juga menjelaskan bahwa dahulu, biaya untuk tugas menggali dan menutup tanah makam, dibiayai oleh Pemko Banjarmasin. Namun kini, biaya itu tak lagi ada.
Alhasil, pihaknya kini terpaksa mematok tarif untuk biaya penggalian dan menutup tanah makam. Perlubang, dikenai biaya Rp800 ribu.
"Kalau tidak begitu, bagaimana kami makan dan minum. Yang ada ini kan cuma upah pemeliharaan makam. Bukan untuk menggali dan menutup tanah makam," tambahnya.
Baca Juga: Persiapan KBM Tatap Muka, Siswa SMK Negeri 4 Solo Produksi APD Sendiri
Ditanya berapa jumlah petugas makam di situ, Sabirin mengaku ada tiga orang. Tapi terkadang, jumlahnya bisa mencapai lima orang.
"Ada kawan-kawan yang biasa juga ikut stand by di sini. Saya tidak mengajak, mereka sendiri yang ikut. Urusan keselamatan, ditanggung masing-masing," tukasnya.
Terpisah. Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Banjarmasin, Mukhyar mengakui, bahwa petugas penggali kubur jenazah Covid-19 sekarang memang sudah tidak lagi menggunakan APD.
Ia menyebut, memang di awal-awal Covid-19 para petugas penggali kubur sempat menggunakan baju hazmat. Namun sejak beberapa minggu terakhir, memang sudah tidak mengenakan lagi.
Baca Juga: Hari Peduli Sampah Nasional 2021, LIPI Hadirkan Webinar 'Jangan Buang Maskermu'
"Nanti kita pintakan lagi ke Dinkes untuk sekitar 5 orang petugas. Begitu juga di suplemen. Akan kita hitung lagi berapa keperluannya. Karena kalau kebanyakan tapi tidak dipakai juga sayang," ucapnya, saat dikonfirmasi Smart FM Banjarmasin, di lobi Balai Kota, Jum'at (30/07) siang.
Mukhyar membeberkan, bahwa Pemko memberikan gaji kepada petugas pemelihara TPU. Meskipun diakuinya ada saja dari pihak keluarga yang memberi tambahan untuk upah menggali kubur.
"Mereka digaji Rp1,8 juta perbulan. Tapi itu untuk pemeliharaan belum termasuk pemulasaran. Makanya harus dipikirkan lagi ke depan dengan Dinkes. Selama ini memang belum pernah dapat. Namun tidak ada keluhan juga dari mereka karena bagian dari ibadah," pungkasnya.
Mukhyar menjelaskan, bahwa di awal-awal pandemi petugas di TPU kerap menggali kubur sampai empat lubang dalam sehari. Namun sekarang sudah berkurang, seiring dengan banyaknya pihak keluarga yang menguburkan di alkah keluarga.
"Meski angka kematian sekarang tinggi, tapi pihak keluarga bisa memilih membawa jenazah ke alkah sendiri. Kalau disitu semua, tidak bisa menampung lahan yang disediakan. Apalagi lahan itu tidak hanya untuk jenazah Covid-19. Namun juga untuk warga muslimin yang kurang mampu. Sekarang sudah ada sekitar 300 makam. Tapi masih mampu menampung sampai 1.000 lagi," tutupnya.
Baca Juga: Sampah APD Bekas Pencoblosan di Banjarmasin Akan Dimusnahkan