Untuk menciptakan keadilan di masyarakat selama pandemi, Ganjar pun menerima berbagai saran dari berbagai elemen masyarakat, mulai dari para pakar, ulama, hingga tokoh-tokoh keagamaan.
Dimana pendekatan secara kultural dinilai mampu, untuk menciptakan keadilan di masyarakat Jawa Tengah.
“Mas, pendekatannya ga bisa teknokratis lagi, lalu pendekatannya dengan cara apa dong? Pendekatan secara kultural”, terang Ganjar, Minggu (15/08/21).
Tidak lama berselang, Pemprov Jawa Tengah mulai melakukan identifikasi terhadap lembaga-lembaga kultural di masyarakat, dan ditemukan banyak sekali elemen masyarakat yang dapat menunjang terciptanya kebijakan berkeadilan di masyarakat.
Baca Juga: Sertifikat Vaksin sebagai Syarat Masuk Mal, Ganjar: Aturan Itu Tidak Fair
“Lalu kita cek lembaga-lembaga kultural yang ada di masyarakat tuh apa yang sampe hari ini tetap berjalan. Sehingga ternyata banyak sekali pokmas-pokmas, ada arisan, ada dasa wisma, ada kelompok tani, nelayan, macem-macem kan,” ujar Ganjar dalam wawancara, Minggu (15/08/21).
Pasca proses identifikasi di lapisan-lapisan masyarakat, dan penelaahan data oleh pihak Pemprov Jawa Tengah. Ganjar pun mengaku teringat akan budaya gotong-royong di masyarakat di pedesaan.
Dimana pola masyarakat pedesaan saat membantu satu sama lainnya, dikatakan oleh Ganjar ‘tidak hanya sekedar membantu’.
“Maka saya inget banget kalo kemudian tetangga kita ada punya gawe kan kita bantu. Kalo di kampung kan bantunya ga hanya sekedar bantu kan mas, dateng bawa beras, bawa pisang, orang sunatan, orang menikah, orang meninggal gitu kan”, terang Ganjar, Minggu (15/08/21).