"Meski ekskul dilakukan secara daring, namun tetap harus divideokan dari rumah dan itu dikirimkan sebagai bukti bahwa siswa kami benar-benar latihan di rumah. Walaupun diinstruksikan dari pembinanya, tapi tetap harus divideokan. Jadi bukan karena daring jadinya malas-malasan," jelasnya.
"Siswa SMA Harapan yang masuk dalam ekskul Paskibra adalah siswa yang betul-betul kita pilih, yang anaknya tangguh. Namun, apabila mereka tidak tangguh dan tidak disiplin, maka secara alamiah mereka harus meninggalkan ekskul itu," tegasnya.
Tahun ini ada tiga siswa dari SMA Harapan Medan yang ikut tes di tingkat kabupaten/kota dan tingkat nasional. Namun yang lulus sampai tingkat nasional hanyalah Ardelia, siswi kelas XI MIPA II. Sementara dua siswa lainnya hanya lulus sampai tingkat kota Medan.
Suwito mengatakan, dalam proses pembelajaran Ardelia tidak pernah terlibat suatu masalah. Nilainya selalu bagus dan ia terlihat sangat disiplin.
Baca Juga: Mengenal Tim Indonesia Tumbuh yang Bertugas pada Upacara Penurunan Bendera di Istana Merdeka
"Ardelia tidak pernah ada masalah untuk proses pembelajaran daring. Alhamdulillah nilainya juga bagus. Dan kedisiplinannya juga bagus, meskipun dia dalam proses pelatihan paskibraka sekaligus juga dalam proses pembelajaran, namun dia bisa laksanakan dengan baik," kata Suwito.
Diketahui, cita-cita Ardelia adalah ingin melanjutkan pendidikan di sekolah kedinasan Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). Prestasi lain yang pernah Ardelia raih yaitu masuk dalam peringkat 10 besar di kelasnya.
Dari awal Ardelia memiliki keinginan membawa baki dalam upacara di istana negara. Keinginan tersebut akhirnya bisa ia capai. Ardelia Muthia Zahwa bertugas sebagai pengantar baki bendera merah putih pada Presiden RI Joko Widodo.