Anak milenial juga sadar bahwa masa depan mereka ditentukan dari teknologi informasi. Mereka menguasai IT dan mencoba merebut teknologi untuk kemajuan bangsa Indonesia kedepan.
Dunia pendidikan terasa semakin lama semakin mahal karena ada praktek liberalisasi. Dunia pendidikan harus dievaluasi bagaimana membuat pendidikan yang murah tapi berkualitas.
Kalaupun tidak bisa, salah satu jalan adalah bagaimana kebijakan pemerintah daerah dan pusat harus satu warna, memiliki kepedulian kepada rakyat.
Sebab kecerdasan adalah hak semua rakyat. Bangsa merdeka untuk mencerdaskan bangsa dan itu adalah mandat dari pendiri bangsa terdahulu.
Perkembangan digitalisasi memiliki dua sisi. Satu sisi berhubungan dengan menghadapi pandemi agar tidak menimbulkan klaster-klaster.
Sisi kedua adalah dengan pandemi, maka mau tidak mau dosen dan mahasiswa harus beradaptasi dengan teknologi. Dengan teknologi memang ada kecepatan yang tidak terbendung tapi masih ada keterbatasan. Bagaimana dosen menyikapinya, bila memang perlu pertemuan tatap muka, namun tetap memperhatikan protocol kesehatan yang ketat.
“Harapannya, perlu seluruh komponen bangsa bersatu menghentikan pertikaian. Hentikan buzzer-buzer yang merusak demokrasi. Momentum kemerdekaan menjadi momentum besar untuk merefleksikan ulang apakah sudah memberi yang terbaik untuk negeri. Moment ini mampu mengikat semua perbedaan, tujuannya agar bangsa ini semakin maju dan tangguh. Perbedaan harus dilihat sebagai sebuah kekuatan dalam menghadapi tantangan bangsa,” tukasnya.
Baca Juga: Bentuk Partisipasi Konkret Membangun Ketangguhan Bangsa