Banjarmasin, Sonora.ID - Setelah beberapa hari terpampang, mural bertuliskan 'Wabah Sebenarnya Adalah Kelaparan' di tembok pinggir jalan RE Martadinata, Kel. Telawang, Kec. Banjarmasin Barat akhirnya dihapus oleh petugas Satpol PP, Rabu (18/08) malam.
Sebelumnya, mural tersebut sempat viral di media sosial, lantaran kalimatnya yang dianggap menyentil Pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19.
Dengan cat dasar berwarna kuning terang, tulisan 'Wabah Sebenarnya Adalah Kelaparan' itu terlihat sangat jelas terbaca oleh warga. Khususnya pengguna jalan yang melintas di depan pagar eks Pelabuhan Martapura Lama tersebut.
Namun keputusan menghapus mural itu nyatanya menuai kritikan oleh warganet.
Seperti yang terlihat di postingan instagram @wargabanua. Akun medsos yang mempunyai ratusan ribu followers itu memposting foto tembok beton berwarna hijau tosca yang awalnya terlukis mural dengan caption singkat.
"Selamat malam & selamat istirahat!," tulis admin akun tersebut dalam caption.
Alhasil, postingan itu langsung dibanjiri ribuan komentar pedas warganet Kalimantan Selatan. "Selamat datang di era anti kritik, kalian harus terbiasa guys, karena dia pengen lanjut 3 periode," tulis akun @sandiannur.
Tidak hanya itu, akun @adie_firdauz juga menanggapi keputusan Satpol PP tersebut dengan komentar yang cukup menohok.
"Hilang????? Ada apa dengan pemerintah, apakah itu kriminal???? Asli nah betakun," tulisnya.
Kemudian ada juga komentar "SUARA RAKYAT DIHAPUS, BALIHO NYONYAH DIPAJANG DIMANA-MANA," tulis akun @dapxx.
Baca Juga: Siapapun Pembuat Mural di Banjarmasin, Tersirat Pesan untuk Pemerintah
Ada juga netizen yang menyebut bahwa pemerintah sedang dalam kondisi baper dengan tulisan-tulisan di tembok.
"Merasa makanya dihapus," tulis akun @Ricky_alviannur. Lalu akun @fatturrahim menulis komentar "halus perasaan sidin, kada kawa tesalah sedikit," tulisnya.
Terpisah. Kepala Satpol PP Kota Banjarmasin, Ahmad Muzaiyin tak mengelak bahwa Ia telah memerintahkan bawahannya untuk menghapus mural kritikan yang berwarna kuning terang itu.
"Karena kalimat mural di tembok Pelabuhan Martapura Lama itu mengandung berbagai interpretasi (multitafsir) jika dibaca warga. Jadi kita tutup dengan cat baru supaya tidak terlihat lagi," ungkapnya, saat dikonfirmasi Smart FM, Rabu (18/08) malam.
Menurut Muzaiyin. Kalimat tersebut kurang cocok dilukiskan di tengah kondisi masyarakat yang kondisinya saat ini masih dilanda pandemi.
"Karenanya, kami menghimbau, agar lebih menjaga ketenangan dan kebersamaan dalam menjaga kondisi pandemi saat ini yang sedang berat dirasakan masyarakat. Jadi hal-hal yang bersifat multi interpretasi seperti itu sebaiknya dihindari," jelasnya.
Disamping itu, Muzaiyin juga meminta RT dan masyarakat yang tinggal di kawasan yang lokasinya berpotensi untuk dijadikan tempat melukiskan mural-mural serupa agar lebih protektif terhadap lingkungannya.
"Kami harap ada kerjasama RT maupun warga setempat untuk bisa menjaga kondisi saat ini," tutupnya.
Baca Juga: Dibayang-Bayangi Isu Titipan, Profesionalitas Pansel Sekda Banjarmasin Dipertaruhkan