Sebulan Kota Banjarmasin Bertahan di PPKM Level IV, Ternyata Ini Penyebabnya

23 Agustus 2021 21:20 WIB
Petugas satpol PP Banjarmasin melakukan sosialisasi prokes
Petugas satpol PP Banjarmasin melakukan sosialisasi prokes ( Smart FM / Jumahuddin)

Banjarmasin, Sonora.ID - Penetapan Komite Penangangan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN), membuat pelaksanaan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level IV di Banjarmasin lebih menjadi satu bulan.

Diketahui sebelumnya, PPKM level IV sendiri dimulai sejak tanggal 26 Juli s/d 2 Agustus. Lalu disambung s/d 8 Agustus 2021.

Kemudian masa transisi pada tanggal 9 Agustus dan dilanjutkan kembali s/d 23 Agustus mendatang.

Kali ini, KPC-PEN pun kembali memperpanjang PPKM level IV Banjarmasin mulai dari 24 Agustus s/d 6 September mendatang.

Baca Juga: Alumni Akpol 93 Pesat Gatra Salurkan Bantuan 100 Paket Sembako Bagi Warga Kampung Bugis Serangan Bali

Lantas, apa yang membuat Banjarmasin tetap bertahan di PPKM 'Maksimal' itu hingga sekarang?

Menurut anggota Tim Pakar Covid-19 dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Hidayatullah Muttaqin, selama sebulan penerapan PPKM level IV di kota berjuluk seribu sungai ini, tidak ada perkembangan signifikan untuk bisa turun ke level III atau ke level di bawahnya. 

Buktinya, dalam sebulan terakhir, sejak 26 Juli hingga 21 Agustus, data Kementerian Kesehatan RI masih menempatkan Kota Banjarmasin pada situasi Covid-19 level IV. 

Baca Juga: Jeritan Para MC Ditengah Pemberlakukan PPKM yang Tak Kunjung Usai

"Bahkan, level IV di Banjarmasin sudah dirasakan sejak 9 Juli atau sudah lebih 44 hari. Artinya sepanjang 44 hari, kasus Covid-19 masih sangat tinggi. Risiko masyarakat terinfeksi juga besar. Sementara kapasitas respon sistem kesehatan di Kota Banjarmasin masih sangat terbatas," ucapnya, kepada Smart FM, Senin (23/08) sore.

Muttaqin menerangkan, memangt terjadi penurunan kasus terkonfirmasi positif dalam sepekan terakhir. Yakni pada 25 Juli lalu ada sebanyak 156 kasus positif per 100 ribu penduduk, di tanggal 21 Agustus turun menjadi 89 kasus per 100 ribu penduduk. 

Namun penurunan tersebut, erat kaitanya dengan penurunan testing dari 3.194 orang dalam sepekan pada 25 Juli menjadi 2.658 orang saja pada 21 Agustus. 

"Turunnya testing dan belum terangkatnya tracing hanya akan memicu penurunan semu. Apalagi testing tersebut sangat bergantung pada keinginan masyarakat untuk memeriksakan diri bukan didorong hasil pelacakan," kritiknya. 

Di sisi lain. Di balik terjadinya penurunan kasus terkonfirmasi positif, insiden kematian di Kota Banjarmasin justru mengalami peningkatan yang cukup dramatis. 

Baca Juga: PTM Terbatas: Presiden Dukung, Asal Sekolah Pastikan Prokes Dan Sudah Vaksinasi

"Pada 25 Juli dalam sepekan insiden kematian masih nol, tapi pada 21 Agustus insiden kematian mencapai 13 kasus per 100 ribu penduduk," tegasnya. 

Secara mutlak jumlah kasus kematian dalam dua pekan yakni pada 12 hingga 25 Juli sebanyak 3 kasus. Kemudian melonjak dalam dua pekan pertama PPKM Level IV yakni pada 26 Juli  hingga 8 Agustus menjadi 94 kasus. 

"Dan dalam dua pekan terakhir yakni 9 hingga 21 Agustus jumlah kasus kematian kembali melonjak menjadi 106 kasus," tambahnya. 

Ia pun lantas mengingatkan bahwa pemerintah perlu melakukan penanganan yang serius. 

 Baca Juga: Jeritan Para MC Ditengah Pemberlakukan PPKM yang Tak Kunjung Usai

Misalnya, memperhatikan warga yang tinggal di permukiman padat penduduk hingga permukiman yang ditinggali warga masyarakat menengah ke bawah. Baik dari sisi upaya tracing maupun penanganan dampak sosial ekonomi akibat pandemi. 

Alasannya, karena potensi warga terpapar bisa menjadi lebih besar lantaran warga relatif sulit untuk melakukan jaga jarak.

Di sisi lain, secara finansial warga menengah ke bawah juga berat membeli masker baru, lantaran dari sisi penghasilan, mereka cenderung berpenghasilan harian. 

"Bila tidak turun kerja, maka mereka tidak mendapatkan uang. Karena itu testing dan tracing sangat penting untuk memutus penularan Covid-19 dan memitigasi risiko kesakitan dan kematian di kalangan masyarakat menengah ke bawah," jelasnya. 

Permasalahan lain yang sangat krusial, sehingga PPKM level IV dianggap tidak efektif implementasinya di Kota Banjarmasin, yakni terkait mobilitas penduduk yang masih tetap tinggi. 

Muttaqin menilai, jalan-jalan dan tempat-tempat umum masih tampak ramai. Perkantoran pemerintah dan swasta belum betul-betul melaksanakan aturan WFO dan WFH sesuai aturan. 

"Intinya nyaris tidak ada perbedaan suasana pergerakan penduduk sebelum dan saat pelaksanaan PPKM Level IV di Kota Banjarmasin," tutupnya. 

Baca Juga: PPKM Level 4 Di Kawasan Makassar Dilonggarkan, Mal di Makassar Boleh Buka

PenulisJumahudin
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm
Penetapan Komite Penangangan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN), membuat pelaksanaan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level IV di Banjarmasin lebih menjadi satu bulan.