Refleksi Kebebasan Perempuan Indonesia di Tengah 76 Tahun Indonesia Merdeka

23 Agustus 2021 23:50 WIB
Refleksi Kebebasan Perempuan Indonesia di Tengah 76 Tahun Indonesia Merdeka
Refleksi Kebebasan Perempuan Indonesia di Tengah 76 Tahun Indonesia Merdeka ( )

Palembang, Sonora.ID - Selama 76 tahun Indonesia merdeka, perjuangan kaum perempuan masih belum selesai.

Yeni Roslaeni Izi, Direktur Women Crisis Center (WCC) kepada Sonora (21/08/2021) mengatakan bahwa perjuangan perempuan masih pada keinginan hidup setara, bebas dari kekerasan.

Tapi kenyataanya Indonesia masih mengalami diskriminasi, kekerasan dalam berbagai bentuk.

“ Perempuan Indonesia belum sepenuhnya merdeka. Perempuan masih sering dijadikan alat untuk bebagai kepentingan. Missal saat pesta demokrasi,  perempuan hanya dijadjikan komoditas politik, dijadikan objek bukan subjek. Ketika ingin menjadi subjek sering dicari kelemahan-kelemahannya, missal disandingkan dengan tafsiran agama yang melemahkan,” ujarnya.

Baca Juga: Peningkatan Kualitas Pendidikan, SMM Luncurkan HUB di 9 Kota

Perempuan juga sering kali tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan yang ditujukan untuk dirinya.

Missal kebijakan kesehatan perempuan, seharusnya pengalaman perempuan dilihat dan dilibatkan.

” Kita melihat perempuan masih menjadi warga negara kelas 2, tidak terlalu diprioritaskan. Isu-isu yang selama ini berkaitan dengan perempuan tidak dilibatkan,” tukasnya.

Hasil survey banyak menunjukkan tingkat kematian perempuan, missal akibat kanker serviks atau kanker payudara tinggi.

Baca Juga: Demi Bikin Make Up Kemerdekaan, Perempuan Ini Rela Tidak Tidur Selama 18 Jam

Seharusnya segera dibuat aturan dan juga akses bagi perempuan, tapi kenyataannya tidak demikian. Missal hanya dibuat kebijakan yang tidak terlalu berdampak terhadap masalah itu.

Sudah banyak kajian yang dilakukan tetapi kemudian karena kepentingan sekelompok sehingga ada tarik menarik terkait aturan yang disahkan.

Missal tentang RUU penghapusan kekerasan seksual. Hal seperti ini menggambarkan kondisi perempuan belum sepenuhnya merdeka.

Peran negara harus lebih intens, missal kebijakan-kebijakan yang diskriminatif masih banyak , dan harus diamandemen.

Mulai melibatkan perempuan dalam pengambilan keputusan, missal ketika ingin membuat undang-undang penanggulangan bencana, maka perempuan perlu dilibatkan.

Baca Juga: Penyebab Kanker Serviks, Dokter: Laki-laki juga Harus Vaksin HPV, karena…

Banyak perempuan akar rumput yang memiliki ide-ide kreatif tapi tidak punya kesempatan seperti perempuan elit lainnya.

Perempuan yang duduk di lembaga pemerintahan maupun parlemen banyak bukan karena passionnya. Mereka diposisikan kaerna orangtua, paman, saudara, istri.  

Posisi aji mumpung sehingga passionnya kurang. Perempuan memiliki peran yang luar biasa karena yang melahirkan generasi muda.

Isu perempuan kurang strategis. Banyak oknum yang tidak menganggap penting isu perempuan kaerna tidak berdampak siginifican terhadap ekonomi

Perjuangan aktifis perempuan masih seputar kebebasan perempuan dari kekerasan fisik dan  mental. Masih banyak diskriminasi baik yang lingkup kecil maupun negara.

Mereka berjuang agar perempuan di akar rumput bisa menjadi pemimpin, dimulai dari yang terkecil seperti ketua RT.

 

Baca Juga: Jadi Materi Belajar, Ini Sejarah dan Nilai-Nilai Tari Lenggang Nyai 

 

 

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm