Sonora.ID - Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) mencatat, sejak awal tahun 2021 kurang lebih ada 50.000 buruh yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
"Ancaman PHK sudah di depan mata. Data KSPI kurang lebih 50 ribu buruh ter-PHK dari mulai awal tahun 2021,” kata Presiden KSPI Said Iqbal dalam konferensi pers virtual.
Ia mengatakan, data ini termasuk kasus PHK yang tidak terkait langsung dengan covid-19.
Said menyebut, sektor industri yang terkena PHK diantaranya tekstil, garmen dan sepatu. Salah satu sebabnya adalah permintaan dari luar negeri yang menurun.
Baca Juga: KSPI Sebut Hampir 3.000 Pekerja Giant di Seluruh Indonesia Terancam PHK
Dia mencontohkan, untuk produksi sepatu seperti Nike, Adidas, Puma dengan orientasi ekspor terjadi penurunan kapasitas produksi karena permintaan menurun, sama halnya dengan industri tekstil seperti Uniqlo atau H&M.
“ Di Bandung Barat buruh yang di-PHK hampir 7.100 orang dan di Cimahi hampir 4.000 orang. Industri lain yang terkena PHK yaitu pabrik yang memproduksi komponen otomotif dengan orientasi ekspor,” katanya.
Lebih lanjut, kata Said, sektor lain yang terdampak adalah industri keramik, farmasi, baja hingga pertambangan.
Baca Juga: Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia Dukung Aturan THR Tak Dicicil
Khusus di industri farmasi terjadi PHK karena adanya penurunan produksi obat non covid-19.
Selain itu, industri baja. pertambangan, dan batu bara terjadi penurunan.
Dari data yang terkumpul di KSPI dari serikat pekerja tekstil, garmen, sepatu yang tergabung di SPN, pada bulan Juni 2021 saja telah terjadi PHK sebanyak 12.571 buruh di 13 perusahaan di Tangerang, Bogor, Bandung, Cimahi, dan Jawa Tengah.
Selain itu, serikat pekerja ASPEK Indonesia anggota KSPI lainnya telah melaporkan terjadi PHK di sektor retail, tol, Toserba hampir 8 ribu buruh; seperti di Giant 6.332 buruh, Indosat 700 buruh, JLJ 1000 buruh, Ibis 100 buruh, Phyto Farma 350 buruh, Ramayana 100 buruh, G4S 100 buruh, dan Metropolitan Mall 50 buruh.
" Di Purwakarta, ratusan buruh ter-PHK di industri komponen otomotif dan ribuan karyawan kontrak ter-PHK akibat tidak diperpanjang kontraknya di puluhan pabrik komponen otomotif dan elektronik di kawasan industri Bekasi," tuturnya.
Baca Juga: KSPI: 50 Ribu Buruh Akan Ikut Aksi Peringatan Hari Buruh
Said Iqbal menegaskan, bahwa hingga saat ini pihaknya belum melihat ada investasi baru yang menyerap tenaga kerja.
Tetapi yang ada karyawan tetap dipecat dan direkrut baru.
“ Seolah-olah itu penyerapan tenaga kerja baru. Padahal bukan," tandasnya.
Karena itulah, pihaknya menilai bahwa omnibus law UU Cipta Kerja sudah terbukti gagal untuk menciptakan lapangan pekerjaan.
Justru yang terjadi, PHK semakin mudah dilakukan dan jika pun ada perekrutan, statusnya diubah menjadi outsourcing atau karyawan kontrak yang tidak memberikan kepastian kerja dan kepastian pendapatan.
Baca Juga: KSPI Sebut Hampir 3.000 Pekerja Giant di Seluruh Indonesia Terancam PHK