Sonora.ID - Kita dikejutkan dengan berita Deddy Corbuzier yang terkena badai Sitokin (cytokin storm). Dalam tayangan youtubenya, Deddy mengisahkan aktivitasnya sampai terkena virus corona (Covid-19) bahkan mengalami badai sitokin.
Sebelumnya, beberapa waktu lalu kita juga dikejutkan dengan berita Raditya Oloan, suami dari artis peran Joanna Alexandra meninggal dunia akibat badai sitkoin. Padahal Raditya sempat dinyatakan negatif covid-19, sebelum akhirnya meninggal dunia akibat badai sitokin.
Covid-19 telah menjadi ancaman global yang menyebar dengan cepat setelah dinyatakan sebagai pandemi oleh WHO.
Baca Juga: Alami Covid-19, Deddy Corbuzier: Saya Belajar Banyak Hal dari Sakit Ini
Virus Corona menginfeksi saluran pernapasan yang mengakibatkan penumonia pada sebagian besar kasus dan sindrom gangguan pernapasan akut.
Sebagian besar kasus kematian pasien Covid-19 juga terjadi karena adanya badai sitokin.
Sebenarnya, badai sitokin tak hanya hanya terjadi pada pasien yang mengalami Covid-19 tetai juga bisa dialami penderita autoimun seperti artritis juvenile.
Badai Sitokin juga bisa terjadi selama beberapa jenis pengobatan kanker. Biasanya, kondisi ini dipicu oleh infeksi seperti influenza.
Badai sitokin terjadi sel-sel tubuh mengirim sinyal bahaya akibat adanya virus yang masuk.
Ketika sel tersebut merasa ada hal buruk yang terjadi, maka sel tersebut akan membunuh dirinya sendiri.
Jika ada banyak sel yang melakukan hal tersebut, tentu banyak jaringan yang bisa mati. Hal inilah yang memicu badai sitokin.
Apa itu badai sitokin?
Secara garis besar, badai sitokin adalah riam respons imun yang berlebihan. Kondisi ini dapat menyebabkan masalah serius. Sistem kekebalan mengandung banyak komponen berbeda yang membantu tubuh melawan infeksi.
Kondisi ini mencakup berbagai jenis sel yang berkomunikasi satu sama lain melalui molekul sinyal, yang dikenal sebagai sitokin.
Baca Juga: Deddy Corbuzier Sempat Kritis karena Badai Sitokin, Dokter: Paru-paru Gagal Berfungsi
Terdapat berbagai jenis stokin dengan fungsi yang berbeda-beda. Beberapa membantu merekrut sel-sel kekebalan lainnya, sementara yang lainnya membantu dengan produksi antibodi atau sinyal rasa sakit. Beberapa membuat pembekuan darah lebih mudah. Beberapa membantu menghasilkan peradangan yang dapat membuat pembuluh darah lebih bocor dari biasanya.
Kelompok sitokin lain membantu meredam respons peradangan tubuh. Hal ini merupakan resoins keseimbangan yang penting karena terlalu banyak peradangan menyebabkan masalah tersendiri.
Dalam keadaan normal, sitokin ini membantu mengoordinasikan respons sistem kekebalan untuk menangani zat menular, seperti virus atau bakteri.
Masalahnya, terkadang respons peradangan tubuh bisa lepas kendali, menyebabkan lebih banyak kerugian daripada kebaikan. Kadang-kadang tubuh memproduksi terlalu banyak sitokin inflamasi dan tidak cukup sitokin yang memodulasi peradangan. Sitokin inflamasi mulai "menyerbu" di luar kendali, tanpa umpan balik yang cukup dari sitokin anti-inflamasi.
Pada orang yang mengalami sindrom badai sitokin, sitokin tertentu hadir dalam darah dalam jumlah yang lebih tinggi dari normal.
Pada pasien Covid-19, peningkatan beberapa sitokin inflamasi tampaknya terlibat dalam pengembangan sindrom gangguan pernapasan akut, penyebab utama kematian pada orang yang berurusan dengan penyakit Covid-19.
Baca Juga: Apa itu Badai Sitokin yang Dialami oleh Raditya Oloan Sebelum Meninggal Dunia?
Apa Saja Gejala Badai Sitokin?
Gejala badai sitokin Badai sitokin dapat menyebabkan banyak gejala yang berbeda. Terkadang ini hanya gejala ringan seperti flu. Di lain waktu, gejalanya bisa parah dan mengancam jiwa.
Beberapa gejala yang mungkin muncul meliputi:
Demam dan kedinginan
Kelelahan Pembengkakan ekstremitas
Mual dan muntah
Sakit otot dan sendi
Sakit kepala
Ruam
Batuk
Sesak napas
Napas cepat
Kejang
Getaran
Kesulitan mengkoordinasikan gerakan
Kebingungan dan halusinasi
Kelesuan dan respons yang buruk
Tekanan darah yang sangat rendah dan peningkatan pembekuan darah juga bisa menjadi tanda dari sindrom badai sitokin yang parah. Jantung mungkin tidak memompa sebaik biasanya. Akibatnya, badai sitokin dapat mempengaruhi beberapa sistem organ sehingga berpotensi menyebabkan kegagalan organ dan kematian.
Bagaimana Mengatasinya?
Sayangnya, belum ada obat yang membantu menghentikan reaksi badai sitokin ini. Namun, kita bisa mencegah terjadinya peradangan di tubuh yang merupakan efek dari badai sitokin. Berikut berbagai cara untuk mengurangi efek peradangan akibat badai sitokin:
-Terapkan gaya hidup sehat
Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol berlebihan bisa meningkatkan risiko berbagai macam penyakit.
Baca Juga: Apa itu Badai Sitokin yang Dialami oleh Raditya Oloan Sebelum Meninggal Dunia?
Penelitian juga menunjukan kurang tidur, stres berlebihan, merokok, dan konsumsi alkhol bisa meningkatkan peradangan di tubuh.
Karena itu. langkah terbaik untuk mengatasi efek peradangan akibat badai sitokin adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat seperti istirahat cukup, hindari merokok dan alkohol.
- Atur pola makan
Ada beberapa senyawa yang ditemukan dalam makanan yang telah terbukti mengurangi aktivitas NRLP3 dan NFKappaB, komponen pemicu peradangan.
Makanan tersebut bisa berupa apel, bawang, iikan, dan telur. Selain mengonsumsi makanan tersebut, pasien juga perlu menghindari asupan makanan olahan karena hal itu juga bisa memicu peraangan di tubuh.
Selain dua cara di atas, riset dari University of Michigan menemukan bahwa Tocilizumab, obat yang awalnya dirancang untuk rheumatoid arthritis, dapat digunakan untuk menenangkan badai seperti itu pada pasien yang menerima pengobatan imunoterapi lanjutan untuk kanker.
Riset tersebut juga menemukan bahwa pasien Covid-19 yang mengalami badai sitokin 45 persen lebih kecil kemungkinannya untuk meninggal setelah mengonsumsi obat yang bisa menenangkan reaksi berlebihan dasi sistem kekebalan tubuh.
Namun, penggunaan obat-obatan tersebut tetap memerlukan pengawasan dokter, tidak bisa digunakan secara semabrangan karena kita tidak tahu efek samping apa yang akan terjadi.
Baca Juga: Apa itu Badai Sitokin yang Dialami oleh Raditya Oloan Sebelum Meninggal Dunia?
Pada penderita COVID-19, badai sitokin dapat menyebabkan kerusakan organ yang bisa mengancam nyawa. Agar terhindar dari kondisi serius ini, Anda disarankan untuk selalu mematuhi protokol kesehatan kapan saja dan di mana saja.