"Kasihan melihat kondisi masyarakat, mereka terlalu ditekan dengan kebijakan ini," tukasnya.
Selain itu, ia mengaku banyak masyarakat yang protes dan tidak setuju dengan kebijakan PPKM yang tidak disertai dengan penanganan dampaknya. Apalagi sekarang PPKM selalu diperpanjang.
"Segala kebijakan yang membatasi aktivitas warga sudah diterapkan dan selalu diperpanjang. Anak-anak pada libur sekolah, jadi sebenarnya kami hanya ingin meminta kejelasan kepada pemerintah kapan soh sebenarnya pandemi ini selesai?,"
Pria yang mengaku sebagai salah satu pekerja di kawasan Pasar Lima, Banjarmasin itu menceritakan, dirinya pun juga menjadi korban dari kebijakan PPKM.
"Sangat berdampak, istri saya baru setengah bulan kerja, terpaksa harus berhenti bekerja karena di PHK karena tempat kerjanya juga terdampak akibat PPKM," ungkapnya dengan suara bergetar sambil menahan sedih.
Baca Juga: Siapapun Pembuat Mural di Banjarmasin, Tersirat Pesan untuk Pemerintah
Alhasil, ia terpaksa harus bekerja keras menghidupi istri dan satu anaknya dengan menjadi buruh angkut.
"Lebih sepuluh tahun bekerja sebagai buruh angkut, kondisi sekaranglah yang paling parah. Karena barang yang masuk ke pasar pun juga tak banyak, kemudian pembelinya juga sepi," imbuhnya.
Saat disinggung apakah tidak ada rasa takut dan ke khawatir ketika melukis mural sindiran tersebut di waktu siang hari? Mengingat beberapa waktu lalu aparat penegak Perda di Banjarmasin telah menghapus mural serupa di tempat yang sama.
"Kalau rasa takut ada sih, cuma tetap kita beranikan saja. Asalkan tidak menyinggung atau menggambar mural Presiden Jokowi," imbuhnya.
Di sisi lain, tak sedikit warga yang melintas di jalan RE Martadinata ini meneriakkan dukungan atas adanya mural sindiran tersebut.
"Ya mantap, kita memang hanya perlu makan," cetus salah satu pencari barang bekas untuk menyemangati pelukis mural.
Baca Juga: Dipercantik dengan Mural, Teras Cihampelas Kembali Aktif Jumat Pekan Ini