Sonora.ID – Impian utama orang tua dalam mendidik anak tentu tidak jauh dari agar anak dapat menjadi pribadi yang cerdas dan kreatif.
Baik cerdas dan kreatif sangat menunjang kesuksesan anak dalam kegiatan sehari-hari maupun performa akademiknya.
Namun demikian, orang tua juga tidak jarang luput atau bingung dengan cara-cara yang perlu ditempuh.
Tidak piawainya orang tua dalam mendidik anak secara efektif tersebut dikhawatirkan akan memberikan hasil sebaliknya.
Barangkali kasus-kasus mendidik anak secara otoriter hanya untuk menjadikannya pribadi yang cerdas rela ditempuh oleh orang tua.
Baca Juga: Pembelajaran Tatap Muka Mulai Aktif, Ini yang Harus Dipersiapkan Orang Tua
Sebagai contoh, series Korea bertajuk ‘Penthouse’ memperlihatkan bagaimana orang tua (Cheon Seo-jin) yang terlalu menuntut kesempurnaan performa akademik anak (Ha Eun-byeol) justru mengarahkan pada tekanan mental dan berbagai penyakit saraf lainnya.
Ha Eun-byeol menjadi pribadi yang selalu merasa takut dan tidak aman jika dihadapkan dengan tantangan, terutama oleh teman-temannya di sekolah.
Kasus terburuknya, Ha Eun-byeol menjadi anak yang menghalalkan segala cara untuk membuktikan dirinya pantas di depan orang tuanya.
Cerita fiksi tersebut harusnya menjadi refleksi bagi orang tua apabila benar-benar ingin membentuk karakter ideal anak, namun di satu sisi tetap memperhatikan kesehatan anak.
Baca Juga: Masa Pandemi, Dokter: Orang Tua Harus Jadi Guru dan Dokter, karena…
Bagaimana langkah-langkah yang efektif bagi orang tua untuk mendidik agar anak mampu mengembangkan kecerdasan dan daya kreativitasnya?
Simak tips-tips yang disampaikan oleh dr. Andyda dan coach Fida melalui siaran Radio Smart FM berikut!
1. Jadilah orang oua yang terbuka
Poin pertama ini merupakan poin krusial yang sekiranya perlu diprioritaskan bagi para orang tua.
Keterbukaan adalah sebuah kualitas seseorang yang dapat menerima ide-ide dari luar tanpa adanya penilaian negatif, serta dapat merespons ide-ide tersebut secara baik.
Keterbukaan juga merupakan satu dari sekian nilai hidup yang penting untuk diterapkan orang tua dan juga untuk diajarkan kepada anak.
Ingat dengan pepatah, 'buah jatuh tidak jauh dari pohonnya'?
Pepatah tersebut menyiratkan bagaimana kepribadian anak merefleksikan kepribadian orang tuanya.
Baca Juga: Kreatif dan Berbakat, Ini 3 Zodiak yang Cocok Jadi Seleb TikTok
Dengan begitu, apabila orang tua mampu mewakili sifat-sifat keterbukaan, secara tidak sadar anak akan mengikuti pola yang sama.
Hal ini dikarenakan orang tua dan rumah merupakan lingkungan terdekat anak, dimana anak akan dibentuk kepribadiannya melalui interaksi yang intens tersebut.
Jika anak memiliki sifat keterbukaan, apa hubungannya dengan kecerdasan dan kreativitas anak?
Dengan mengutip kutipan Albert Einstein, dr. Adynda mengatakan bahwa kecerdasan seseorang bergantung pada kemampuannya untuk berubah.
Untuk berubah tersebut memerlukan keterbukaan pikiran atau yang biasa kita sebut sebagai ‘open minded’.
Bahkan dalam dunia pendidikan sekalipun, ilmu-ilmu akan semakin relevan dan cenderung semain valid karena pengetahuan-pengetahuan lama dibenturkan dengan fakta-fakta baru.
Begitu pun jika orang tua ingin agar anak menjadi pribadi yang cerdas; anak memerlukan keterbukaan pikiran.
Baca Juga: Perlunya Kreatifitas Dalam Mengajar Agar Anak Tidak Bosan Belajar
2. Jadilah orang tua yang mau mendengarkan
Ketika anak mengajukan pertanyaan maupun pernyataan yang dianggap akan mengarah pada bahasan yang tabu, seringkali orang tua secara spontan memotong perkataan anak atau memberhentikan sekaligus mengalihkan topik pembicaraan.
Padahal, di satu sisi orang tua belum tahu pasti konteks yang melatarbelakangi perkataan anak.
Apabila orang tua memblok rasa penasaran anak akan satu hal, justru yang terjadi adalah anak cenderung menempuh cara lain untuk menemukan jawabannya.
Poin yang perlu diperhatikan adalah bagaimana ketika cara tersebut menyimpang.
Berdasarkan pengalaman dr. Adynda, tidak jarang anak terlibat dalam seks bebas hanya karena orang tuanya tidak memberikan pendidikan seksualitas dan menolak untuk menjelaskan.
Faktor umur kerap kali dijadikan alasan bagi orang tua untuk tidak menjelaskan beberapa hal.
Baca Juga: Salah Satu Teknik, Sukses Berpikir Kreatif Melalui Metode SCAMPER
3. Menyampaikan hal dengan jujur dan pembawaan yang tepat
Fida mengatakan bahwa umumnya masyarakat tenggelam dalam budaya tabu.
Masyarakat, termasuk orang tua, sering mengkotak-kotakan topik bahasan berdasarkan umur atau memang membuat klasifikasi topik yang tidak perlu dibicarakan.
Padahal, membicarakan hal-hal yang tabu tersebut dengan jujur tidak jarang dapat membuat anak lebih mengerti dengan realita yang dihadapinya.
dr. Adynda juga menegaskan bahwa keterbukaan tersebut juga menumbuhkan kualitas pribadi yang lainnya, yakni jujur.
Salah satu topik yang kerap dihindari oleh orang tua adalah masalah finansial karena topik tersebut dianggap berat sehingga dikhawatirkan anak tidak akan mengerti.
Baca Juga: Tingkatkan Kualitas Diri, Kreativitas Jadi Hal Penting dalam Kehidupan Sehari-hari
Misalkan anak meminta dibelikan barang pada saat tanggal tua, dimana biasanya kondisi finansial sedang tidak memumpuni.
Dibandingkan mengalihkan pembicaraan atau memaksa diri untuk memenuhi permintaan anak, orang tua bisa menjelaskan kondisi yang tengah dialami; bahwa orang tua sedang dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk membelikan barang tersebut.
Dengan penyampaian yang tepat serta penggunaan kata-kata yang mudah dimengerti anak, respons tersebut dapat menumbuhkan rasa pengertian anak terhadap kondisi yang tengah dialami keluarganya.
Kecerdasan dan kreativitas turut mengiringi anak seiring dirinya berupaya untuk menyesuaikan dengan kondisi yang sulit.
Begitulah tips-tips yang dapat orang tua terapkan agar menjadikan anak cerdas dan kreatif.
Secara garis besar, jadilah orang tua yang memiliki sifat keterbukaan dan banyak mendengar.
Baca Juga: Menurut Studi, Anak yang Sering Bermain di Luar Rumah Bisa Lebih Percaya Diri