Sonora.ID - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN mampu menahan laju kontraksi pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2020.
Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 mengalami kontraksi sebesar minus 2.07 persen akibat pandemi Covid-19.
Meski demikian, Sri mulyani menilai kontraksi tersebut masih jauh lebih baik jika dibandingkan dengan kontraksi yang terjadi di negara-negara anggota G20, yang rata-ratanya mengalami kontraksi sekitar 4,7 persen. Kontraksi tersebut juga masih lebih baik dari negara peer ASEAN 6.
“Juga kalau dibandingkan dengan negara peer ASEAN 6 yang mengalami kontraksi 4,3%,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani, dalam rapat paripurna DPR RI ke-4 masa persidangan I tahun sidang 2021-2022, Selasa (07/09/2021).
Baca Juga: Sri Mulyani: Aspek Akuntabilitas Jadi Salah Satu Tantangan Pemerintah dalam Realisasi APBN 2020
Mengutip data dari Asian Development Bank Outlook pada April 2021, Menteri Keuangan menyebutkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2020 juga dinilai relatif lebih baik dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi negara di Asia Tenggara, yang mengalami kontraksi 4% akibat Covid-19.
Menurutnya, kontraksi yang cukup rendah ini juga menjadikan Indonesia sebagai negara yang memiliki level kontraksi ekonomi yang moderat dibandingkan negara lainnya yang terdampak pandemi Covid-19.
Wanita yang akrab disapa Ani itu menilai, semua hal tersebut dapat tercapai karena hasil kerja keras APBN serta kebijakan fiskal yang responsif.
“Tanpa kerja keras dari APBN dan kebijakan fiskal yang responsif dampak perekonomian akibat Covid-19 akan jauh lebih besar dari minus 2,07 persen,” lanjutnya.