Meskipun terlihat sama, tiger parenting ini berbeda dengan otoriter parenting. Menurut American Psychological Association (APA), tiger parenting menggabungkan pola asuh negatif dan positif tingkat tinggi sekaligus.
Contohnya dengan keberadaan aturan ketat sekaligus kehangatan dan dukungan penuh dari orangtua pada anak. Biasanya tiger dan dan tiger mom adalah orang yang mempraktikkan strategi pengasuhan positif dan negatif secara bersamaan.
Berbagai pro dan juga kontra dari banyak pihak, dituai oleh gaya pengasuhan Amy Chua. Beberapa orang malah ada yang memberikan reaksi keras karena menganggap tiger parenting tidak akan menghasilkan perkembangan yang optimal pada anak.
Sebagian yang lain juga menilai, bukunya tersebut hanya ditulis berdasar pengalaman pribadinya. Selain itu juga tidak didukung dengan penelitian ilmiah untuk mempertimbangkan perbedaan antar keluarga satu dengan yang lain dan berbagai kemungkinan hasil lainnya.
Baca Juga: 3 Hal yang Perlu Diperhatikan untuk Wujudkan Parenting Agility
Sementara itu, bukti efektivitas metode ini adalah para pendukungnya yang berkeras untuk kesuksesan akademis dan musik anak-anak Chua.
Seorang psikolog di Amerika Serikat, Souzan Swift, PsyD, mengatakan jika kesuksesan anak merupakan hal utama dan terpenting dalam tiger parenting.
"Anak-anak sering kali menuruti permintaan orang tua mereka karena takut akan hukuman,” jelasnya.
Selanjutnya ia juga mengungkapkan jika anak-anak membutuhkan penerimaan dan cinta dari orangtuanya. Maka dari itu, mungkin saja tiger parenting bisa memberikan pengaruh buruk pada kesehatan mental anak.
Namun, terlihat sekali jika gaya mengasuh ini berniat positif untuk menunjang kesuksesan anak dalam hal akademis. Akan tetapi hal tersebut mungkin mengikat harga diri dan penerimaan anak dengan tingkat kesuksesan mereka, yang dapat menciptakan banyak tekanan dan stres.
Baca Juga: Apa Itu Self Compassion? Pakar Parenting: Harus Dipupuk sejak DIni