Banjarbaru, Sonora.ID - Menindaklanjuti launching Program Sungai Martapura Bungas beberapa waktu lalu, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kalsel melakukan Susur Sungai Martapura pada Rabu (08/09) lalu, untuk melihat secara kasat mata setiap persoalan yang ada.
Hasilnya sudah bisa ditebak, banyak permasalahan yang harus segera diselesaikan.
Mulai dari persoalan sampah, limbah domestik, hingga banyaknya pemukiman yang berada di bantaran sungai.
"Masalah yang paling penting memang sampah, yang kedua limbah domestik," kata Kadis LH Kalsel, Hanifah Dwi Nirwana, pada Jumat (10/09).
Dari hasil pengamatan di lapangan, di beberapa daerah memang telah dibangunkan WC di darat, namun tetap saja ada masyarakat yang baru membangun jamban terapung di sungai.
Baca Juga: September, Normalisasi Sungai Dilanjutkan, Lima Jembatan A. Yani Bakal Dibongkar
"Setelah dilakukan penghapusan jamban apung, ternyata ada lagi masyarakat membangun yang baru," bebernya.
Melalui kegiatan susur sungai, pihaknya menurut Hanifah bisa mencermati secara visual, setiap persoalan yang ada di Sungai Martapura.
Sehingga kedepannya, dapat disusun formulasi yang tepat untuk mengatasi persoalan sungai berhulu di Pegunungan Meratus tersebut.
"Konsepnya lebih kepada pencegahan pencemaran air dan kerusakan lingkungan hidup," papar Hanifah.
Baca Juga: Waspada! Muncul Zona Merah Covid-19 di Empat RT Banjarmasin
Tujuan penting lainnya adalah menjadikan sungai sebagai locus destinasi wisata dengan atraksi yang memang alamiah terjadi di sungai Martapura, seperti Pasar Terapung.
"Tidak semua daerah mengusung konsep sungai sebagai destinasi wisatanya sebagaimana yang dikatakan menteri pariwisata dan ekonomi kreatif ketika berkunjung ke Kalsel beberapa waktu lalu," jelasnya.
Terkait tingginya tingkat pencemaran di Sungai Martapura yang diakibatkan oleh limbah domestik, diakui Hanifah telah membuat populasi ikan yang ada semakin berkurang.
"Dulu mungkin banyak ikannya sekarang spot-spot penangkapan ikam sangat sedikit. Itu artinya sudah ada degradasi atau perubahan kualitas air Sungai Martapura," jelasnya lagi.
Dalam hal ini, pihaknya akan menggandeng ulama dan tokoh masyarakat setempat, untuk memberikan edukasi kepada masyarakat, agar mau mengubah kebiasaan buruknya membuang sampah ke sungai.
Baca Juga: Menanti Jembatan Sungai Alalak, Pemko Banjarmasin Antisipasi Pasca Pembangunan
"Kita akan ajak ulama, masyarakat biasanya patuh dengan anjuran dari pemuka agama," harapnya.
Ia menambahkan, nantinya akan intervensi dari pemerintah dalam menata ulang pemukiman yang berada di pinggiran sungai.
"Kalau tidak dikendalikan kita takut nanti rumah makin maju lagi ke arah sungai sehingga badan sungai makin menyempit,"
Penataan pemukiman ini menurut Hanifah dapat mengambil contoh dari program Kampung Hijau dan Kampung Biru yang ada di Banjarmasin.
"Disana kan dibikin titian sehingga rumah tidak lagi menyeberanginya. Kalau bisa itu direplikasi di beberapa spot lain agar semakin tertata lagi," pungkasnya.
Baca Juga: Kadar Oksigen Sungai Martapura Rendah Hingga Berubah Warna, DLH: Cuma Fenomena Biasa