Terkait komitmen itu, pihaknya bahkan ikut serta dalam Paris Agreement reduce greenhouse gas emissions. Pihaknya manargetkan, sepertiga emisi karbon harus turun pada 2030 untuk menuju karbon netral 2050 mendatang.
Menurut Febriany, konversi batu bara ke gas menjadi pilihan strategis untuk mewujudkan cita-cita tersebut.
"Jadi target kita fokus di tanur pengering dan tanur reduksi saat ini masih minyak dan batu bara. Kemungkinan besar kita mengarah ke gas. Karena gas ini emisi karbonnya setengah dari batu bara dan minyak," ucapnya.
Baca Juga: Keindahan Danau Matano Mulai Terkikis karena Sampah, PT Vale dan Pemda Lutim Turun Tangan
Febriany pun menyebut, pelaksanaan konversi ke gas bisa menurunkan emisi karbon hingga 28 persen. Karenanya, program tersebut menjadi salah satu project kunci perusahaan yang akan membantu mencapai target reduksi emisi karbon 33 persen pada 2030.
Terkait target tersebut, kata Febriany, pihaknya telah membuat project dan kajian khusus.
Lebih jauh, Febriany menambahkan, konversi batu bara ke gas mulai akan diterapkan pada dua proyek smelter baru PT Vale yakni smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) di Pomalaa, Sulawesi Tenggara dan smelter feronikel di Bahodopi, Sulawesi Tengah.
Kendati penggunaan gas dalam pengolahan smelter belum lazim, namun pihaknya berusaha menjadi percontohan dari sisi emisi karbon untuk nikel industri di Indonesia.