Sementara itu, kandidat doktor Universitas Tsukuba Jepang Ari Nugraha menjelaskan, bentuk layanan referensi di Jepang hampir sama dengan yang ada di Indonesia. Bentuk layanan referensi hanya terbatas untuk mahasiswa yang ada di kampus Universitas Tsukuba.
"Mungkin yang membedakan dari sisi sumber daya manusianya, karena rata-rata pustakawan referensi berpendidikan minimal S2 Ilmu Perpustakaan. Selain itu, mereka melayani sangat detail membantu sebisa mungkin sampai mendaoat sumber yang dicari," ungkapnya.
Jika bahan informasi yang dibutuhkan tidak tersedia, pustakawan mengoptimalkan jejaring yang dimiliki untuk meminjam ke perpustakaan lain. "Kerja sama ini sudah berjalan, baik antarperpustakaan dan pustakawan," lanjutnya.
Selama masa pandemi Covid-19, ujar Ari, layanan perpustakaan tidak jauh berbeda dari sebelum pandemi. Hanya saja, jam layanan dibatasi, dan layanan referensi menjadi layanan referensi virtual yang difasilitasi lewat email maupun live chat.
Acara merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka memperingati Hari Kunjung Perpustakaan dan Bulan Gemar Membaca 2021. Pada Hari Kunjung Perpustakaan, Perpusnas menggelar berbagai kegiatan yang dapat diikuti oleh masyarakat secara daring.